Extra Part I

110K 3.5K 123
                                    

"Kenapa belum makan, sih?"

Kalula berdecak kesal pada saudari kembarnya lantaran malah asik bergabung bersama anggota keluarga Nowlan dan bercanda bersama, saudari kembarnya malah lupa makan dan meminum obat.

Apa Kalila lupa kalau dia baru saja selesai operasi?

Kalila sedang dalam masa pemulihan, harusnya Kalila banyak istirahat, bukan malah banyak gerak bahkan sampai sibuk bergaul dengan keluarga Nowlan dan melupakan istirahatnya.

"Gue belum lapar," jawab Kalila dengan senyum kecil.

"Iyalah gak lapar, karena lo sibuk ngobrol," balas Kalula. Gadis itu memutar bola matanya malas, dia kesal karena saudari kembarnya ini sama sekali tak mengingat kondisinya yang sedang masa pemulihan pasca operasi.

"Iya-iya, gue makan. Tapi lo jangan bilang sama mas Abit, nanti gue diomelin."

"Enggak, kalau lo mau makan. Kalau lo gak makan, gue laporin. Enak aja!" sungut Kalula.

Gadis itu kemudian pergi meninggalkan Kalila yang hanya tersenyum kecil. Kalila tak menyangka kalau dia merasakan hal seperti ini di keluarga Nowlan, dulu hanya merasakan bagaimana dia dihina, dibandingkan, bahkan disakiti.

Kalila pun bangkit dari duduknya, membuat sepupu-sepupunya yang ada di dekatnya langsung bangkit membantu Kalila berdiri dan berjalan.

"Makasih," ucap Kalila lirih.

Kemudian dia dituntun menuju dapur seperti permintaannya. Gadis itu harus makan agar tak diomeli. Abit mungkin mengomelinya masih terdengar lembut, tetapi kakaknya mengomelinya mampu membuat Kalila tak berkutik. Pasalnya, kakaknya pasti mengutarakan ketakutannya apabila Kalila sakit atau apapun itu yang berkaitan dengan penyakit Kalila.

"Kalula perasaan udah ngomelin kamu karena kamu belum makan, deh?"

Mampus, Kalila tak bisa berkata apa-apa saat kakaknya langsung menodongnya dengan pertanyaan seperti itu. Kalila meringis pelan, seraya tersenyum kecil. Sedangkan Randy langsung mengambil alih Kalila dari sepupunya dan menuntun Kalila untuk duduk di meja makan.

"Lila perasaan belum lapar," cicit Kalila pelan, membuat Randy yang mendengar itu menggeleng pelan, lalu diakhiri dengan dengkusan.

"Tapi udah waktunya minum obat. Kamu jangan lupa."

Kalila tersenyum senang. Diperhatikan seperti ini dulu hanya menjadi mimpinya, tapi ternyata semuanya jadi kenyataan, Kalila pikir, sampai akhir hayatnya pun, dia sama sekali tak merasakan kebahagiaan dengan keluarganya.

***

Kalau siang tadi ramai dengan keluarga Nowlan yang lainnya berkumpul, maka malam ini ramai dengan keluarga Alkhalifi. Semua tante dan om suaminya berkumpul di rumah mereka atas undangan dari kakaknya.

Tak lupa juga dengan Indi yang hadir malam ini karena paksaan dari Kalila. Indi awalnya tak mau, tapi Kalila selalu memaksanya. Indi rasa, tak seharusnya dia ikut bergabung sementara dia bukan siapa-siapa.

Kalila melirik pada suaminya yang malah sibuk memainkan jari-jarinya dibanding bergabung barbeque bersama di dekat kolam renang. Sementara di samping kiri Kalila ada kakaknya yang sibuk melihat lurus ke depan.

KALILA (NOVEL TERSEDIA DI SHOPEE DAN TIKTOK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang