13-Wali Nikah

82.8K 3.3K 23
                                    

Abit datang ke rumah keluarga Nowlan seorang diri dengan tujuan memberitahukan pada kakak Kalila kalau dia dan Kalila akan menikah besok setelah seminggu lebih menyiapkan pernikahan, dan meminta kakak Kalila untuk menjadi wali nikah Kalila, tanpa ditemani oleh anggota keluarganya yang lain.

Abit menolak siapapun menemaninya, dia rasa ini sudah menjadi tanggung jawabnya, dan juga dia ingin meminta izin secara langsung pada keluarga Kalila kalau dia dan Kalila akan menikah.

Saat ini pria itu tengah duduk berdua di ruang tamu rumah Kalila, rumah bertingkat tiga dan banyak barang-barang mewah di rumah ini. Abit tak menyangka kalau keluarga Kalila adalah keluarga berada, pasalnya dia tak pernah melihat Kalila memakai barang bagus ke kampus, kendaraan pun memakai motor butut.

"Saya harap kedatangan Anda kemari untuk berbicara hal yang penting," ucap Randy membuka pembicaraan.

Kakaknya Kalila itu tak mengenal Abit, tiba-tiba saja satpam rumah memberitahu padanya kalau ada yang ingin bertemu dan berbicara. Mau tak mau, Randy melepaskan pekerjaannya dan bertemu dengan orang yang sama sekali tak dia kenal ini.

"Ini penting, sangat penting," balas Abit.

"Sepenting apa?"

Abit tak menjawab, dia juga tak tahu harus menjawab bagaimana, kedatangannya di sini memang penting bagi dirinya dan Kalila, tetapi tak tahu dengan orang di depannya.

"Diamnya Anda sudah menjawab kalau hal itu tidak penting," lanjut Randy dengan sombongnya. Mata pria itu melirik pada pintu rumah yang tertutup, lalu kembali berkata, "Silakan keluar, saya masih punya banyak pekerjaan. Waktu saya terbuang sia-sia karena Anda."

Mendengar itu, Abit mendongak menatap Randy yang kini berdiri. Oh, tidak, kalau seperti ini, dia tak akan bisa meminta izin pada kakaknya Kalila kalau dia akan menikahi Kalila.

"Saya dan Kalila akan menikah besok, di KUA," ucap Abit cepat, sebelum Randy bersuara lagi.

Sontak hal itu membuat Randy yang tadinya mengangkat wajah sombong langsung menunduk menatap Abit.

"Kamu ayah dari janin itu?" tanya Randy menatap nyalang pada Abit.

Pria yang ditanya Randy mengangguk lemah seraya menunduk penuh penyesalan, membuat Randy tiba-tiba saja menarik kerah kemeja putih Abit hingga si empunya kemeja berdiri akibat tarikan dari Randy.

"Laki-laki brengsek!" umpat Randy seraya memukul wajah Abit.

Namun, tak berselang lama Randy tersadar, kenapa dia marah? Bukankah keinginannya Kalila keluar dari rumah ini? Sejak dulu dia dan seluruh anggota keluarga Nowlan selalu mencari alasan yang tepat untuk mengusir Kalila dari sini, tetapi tak ada satupun alasan yang tepat. Kini ada alasan yang tepat, kenapa dia harus marah? Harusnya dia berbahagia karena beban di rumah ini berkurang.

"Maafkan saya, tapi saya tetap akan bertanggung jawab," ujar Abit penuh penyesuaian.

"Saya gak peduli kamu tanggung jawab atau enggak, itu urusan kamu. Silakan keluar dari rumah ini, Kalila sudah gak punya hubungan apapun dengan kami, dia bukan bagian dari keluarga Nowlan," balas Randy. Rahangnya mengeras, tertanda bahwa dia sedang marah.

"Saya kemari untuk meminta Anda menjadi wali nikah Kalila besok, kami butuh wali nikah Kalila untuk pernikahan kami besok," kata Abit dengan cepat, takut apabila Randy menyuruhnya keluar dari sini.

"Apa Anda bisa menjadi wali nikah Kalila besok?" imbuh Abit. Dia sangat berharap kakaknya Kalila ini mau menjadi wali nikah Kalila besok, sesuai dengan permintaan Kalila.

"Saya mohon," lanjut Abit lagi seraya menunduk, memohon pada Randy agar mau menjadi wali nikah Kalila besok.

"Apa? Jadi wali nikah dia? Kamu kira saya sudi?"

Randy seketika tertawa sumbang mendengarnya. Menjadi wali Kalila saat sekolah dulu dia ogah-ogahan, sekarang diminta menjadi wali nikah Kalila. Randy sama sekali tak mau, dia bahkan pernah bersumpah tak akan mau menjadi wali nikah Kalila dan hanya Kalula satu-satunya yang akan dia nikahkan nanti.

Sekarang, hal itu benar-benar terjadi. Keinginan Kalila ini tak akan pernah terwujud sampai kapanpun. Randy yakin, pasti Kalila yang meminta calon suaminya untuk membujuk dia menjadi wali nikahnya.

"Saya sudah pernah bersumpah untuk tidak akan menjadi wali nikah Kalila, dia hanya bisanya membuat keluarga malu," tutur Randy setelah tadi tertawa sumbang.

"Saya mohon," pinta Abit membujuk Randy.

"Saya tidak mau," balas Randy tegas. Pria itu sekalinya bilang tidak, seterusnya akan tetap tidak.

"Setidaknya Anda datang, menyerahkan perwalian pada wali hakim. Pernikahan kami sederhana, gak ada pesta, tapi saya berharap Anda benar-benar mau menjadi wali nikah dia," jelas Abit.

"Saya tidak mau," tolak Randy membuat Abit menghela napasnya lelah.

"Apa Anda benar-benar gak bisa?" tanya Abit lirih.

"Bukan gak bisa, saya memang gak punya niat untuk menjadi wali nikah Kalila. Mati pun, keluarga ini gak akan peduli," jawab Randy tajam.

Kakaknya Kalila itu melangkah menuju pintu keluar rumah mereka, membukanya lebar lalu menyilakan Abit keluar dari rumah ini. Randy tak suka membahas Kalila yang hanya akan membuatnya marah, saking marahnya Randy ingin sekali mengumpat.

Kalau tahu orang yang datang bertamu adalah calon suami Kalila dan meminta dia menjadi wali nikah Kalila, Randy tak akan mau bertemu. Abit hanya membuat waktunya terbuang sia-sia, padahal waktu hampir tiga puluh menit bertemu dengan Abit bisa dia lakukan untuk menyelesaikan pekerjaannya.

"Silakan keluar, pintu rumah sudah saya buka lebar untuk Anda," usir Randy.

Abit menatap Randy dengan tatapan memohon. Pria itu sangat berharap Randy mau menjadi wali nikah Kalila, apa yang harus dia katakan pada Kalila kalau dia tak berhasil meminta Randy menjadi wali nikah Kalila besok? Apa Kalila akan marah? Atau akan membatalkan pernikahan mereka?

"Saya mohon," pinta Abit lagi, masih tak mau menyerah, bahkan kini menatap Randy dengan tatapan memohon.

"Kenapa Anda sangat ingin saya menjadi wali pernikahan kalian?"

"Saya hanya mau membuat Kalila bahagia. Saya tahu kalian kecewa dengan Kalila, tapi apa dia gak bisa diberikan kesempatan kedua?"

Lagi, Randy tertawa mengejek pada Abit. Kesempatan kedua? Jika Kalila bisa mengembalikan orang tuanya yang meninggal akibat kecelakaan dikarenakan menuruti keinginan Kalila yang egois saat itu, keluarga Nowlan mungkin bisa saja memberikan Kalila kesempatan kedua. Namun karena Kalila, dia dan Kalula kehilangan kasih sayang kedua orang tua mereka. Kalila penyebab mereka menderita, bahkan karena Kalila, adiknya Kalula sering di-bully teman-teman sekolah karena tak memiliki orang tua.

"Gak ada kesempatan kedua untuk pembawa sial dan beban seperti Kalila. Jadi, silakan keluar dan jangan pernah kembali. Sampaikan pada Kalila kalau saya gak akan pernah mau menjadi wali nikahnya," pungkas Randy membuat Abit mau tak mau keluar dari rumah bertingkat tiga ini.

Abit tak bisa membujuk Randy menjadi wali nikah Kalila besok. Bagaimana ekspresi Kalila besok? Apa yang harus Abit katakan pada Kalila?

***

Wohooo....

Siapa yang udah nungguin update KALILA nih? Cung angkat tangan ✋✋

Buat yang kemarin udah baca sampai ending, tapi ini gak ada, part ini juga termasuk extra part dari KALILA. Masih kurang nyesek, tenang. Masih ada yang paling nyesek 🤣

Jangan lupa tinggalkan jejak yah. Jangan jadi silent reader, kalau masih jadi silent reader aku update tengah malam👻👻

Bye bye

KALILA (NOVEL TERSEDIA DI SHOPEE DAN TIKTOK)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang