17-Ngidam

89.9K 4.2K 93
                                    

"Mau makan?"

Kalila yang tadi tengah sibuk melihat isi kulkas, pun terlonjak kaget. Ibu hamil itu langsung menoleh ke belakang, melihat pada Bara—kakak iparnya—yang tengah menuangkan air ke gelas. Jantung Kalila berdetak kencang lantaran terkejut dengan kedatangan Bara yang tiba-tiba tanpa dia sadari, suara langkah kakinya saja tak didengar. Kalila curiga, Bara ke dapur bukan jalan kaki, tapi terbang.

"Huh, kenapa?"

Kalila meringis, dia seperti maling yang ketangkap basah karena mencuri, bahkan pelipisnya sampai mengeluarkan keringat, padahal dia hanya mau makan saja. Hei, Kalila, ingat kalau kamu menantu di rumah ini walau sementara.

"Mau makan apa?"

"Eh?"

Bara tersenyum mendengarnya, Kalila seperti orang yang sama sekali tak pernah ditanya perihal mau makan apa. Pertanyaan seperti itu harusnya sudah sangat sering didengar.

"Cuma mau ganjel perut aja, Mas. Lila gak berhenti mual dari tadi," ujar Kalila.

Dia sebenarnya ingin makan sesuatu, tapi tak enak meminta pada kakak iparnya, meminta sama Abit saja dia tak mau, apalagi sama Bara. Kalila memilih untuk memakan makanan apa yang ada di kulkas. Gadis itu tadi rencananya mau makan pizza yang sudah dingin, tapi terkejut dengan kedatangan Bara.

"Kamu mau makan sesuatu? Biar Mas Bara buatin makanan, kebetulan Mbak Nisa juga lapar."

Kalila menatap Bara yang tersenyum manis padanya, matanya turun melihat pada leher Bara yang terdapat tanda berwarna merah, juga melihat bagaimana rambut Bara yang acak-acakan. Cukup melihat saja, Kalila sudah tahu apa yang baru saja dilakukan Bara dan Nisa.

"Gimana? Mau makan apa? Gak usah pikirin Nisa, dia gak pilih-pilih makanan."

Kalila menggigit kecil bibir bawahnya, apakah boleh dia meminta sesuatu yang mungkin tak masuk akal dengan kakak iparnya itu? Kalila takut nanti malah tak sopan pada Bara.

"Gak pa-pa, ponakan Mas gak boleh kelaparan."

Mata Kalila langsung berbinar terang. Gadis itu pun tersenyum lebar, kemudian berdeham pelan. Bukankah ini kesempatan besar meminta dimasakkan makanan yang sangat dia inginkan?

"Lila mau makan tiga omelette, tapi semuanya setengah potong, masing-masing ditaruh di piring," kata Kalila dengan gigi menggigit kecil bibir bawahnya.

Bara tertawa mendengarnya, permintaan ibu hamil memang aneh. Pria itu tak sabar mendengar ngidam istrinya jika istrinya hamil nanti.

"Siap! Buat bumil apa yang gak bisa," ucap Bara membuat hati Kalila menghangat. Andai keluarganya seperti keluarga Abit, dia pasti merasakan kebahagiaan dan kehangatan dalam keluarga.

Bara pun mulai memasak seperti apa yang diinginkan Kalila, membuat omelette untuk Kalila juga untuk istrinya yang tengah kelaparan di kamar. Mata Kalila tak lepas melihat bagaimana Bara yang begitu lihai memasak omelette, apalagi saat melihat Bara memakai apron. Beruntung sekali Nisa menikah dengan orang yang dia cintai, apalagi saat Nisa menikah dengan dia yang sudah memiliki karir yang cemerlang.

Setelah memasak omelette, Bara langsung menyiapkan seperti apa yang diinginkan Kalila. Tiga omelette yang semuanya setengah potong dan ditaruh di masing-masing piring. Melihat itu, Kalila menggigit kecil bibir bawahnya. Ada yang salah, tetapi dia tak mengatakan pada Bara, gadis itu tak berani, yang ada nantinya malah merepotkan.

Selesai menyiapkan omelette, Bara langsung mendongak dan tersenyum pada Kalila.

"Selesai!" seru Bara.

Kalila juga ikut tersenyum, tetapi kali ini senyum gadis itu terkesan dipaksa. Dia benar-benar merasa ada yang salah kala Bara memasak, ada yang Bara tak mengerti dengan maksud perkataannya tadi.

KALILA (NOVEL TERSEDIA DI SHOPEE DAN TIKTOK)Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu