36 || Boleh Makan?

Start from the beginning
                                    

"Faris orang yang melakukan itu ke Ayana?" pertanyaan itu berhasil membuat Akifah terkesiap.

"Benar, Bu?"

"Jadi, kamu sudah tau apa yang terjadi dengan Zaina? Kenapa dia trauma dengan laki-laki?"

Zayden mengangguk. "Tadi malam Zaina udah cerita walau nggak seluruhnya."

Mendengar itu Akifah menangis.

"Ibu mohon sama kamu, Zayden. Terima Zaina dengan apa adanya, kasian anak ibu udah menderita," ungkapnya.

Zayden berdiri untuk berhadapan dengan Akifah. Laki-laki itu meraih kedua tangan mertuanya.

"Zayden nggak punya alasan untuk menolak gadis tangguh seperti dia. Zayden justru sangat bangga bisa menjadi bagian dari hidup dia," balas Zayden dengan yakin.

Mendengar itu Akifah terus mengucap syukur.

"Kalo boleh tau ...." Zayden menjeda ucapannya. "Faris itu siapa?"

***

Zayden menatap tajam laki-laki yang duduk di seberangnya. Jarak mereka dibatasi oleh meja. Di samping Zayden ada Gus Arfa.

"Jadi kalian sudah menikah?"

"Iya," jawab Zayden ketus saat laki-laki bernama Faris itu bertanya.

"Selamat atas pernikahan kalian," ucap Faris lagi-lagi.

Zayden tidak menjawab. Sebenarnya ia sedang menahan diri untuk tidak menghajar wajah Faris. Mengingat bagaimana Zaina ketakutan, bagaimana tatapan menyakitkan saat Zaina cerita kepadanya, rasanya Zayden ingin melenyapkan laki-laki di hadapannya sekarang juga.

"Kenapa?" Pertanyaan ambigu meluncur dari bibir Zayden.

"Kenapa anda lakukan hal biadab itu kepada istri saya?" tekan Zayden.

Faris terdiam.

"Jawab!"

"Zayden," peringat Gus Arfa ketika Zayden sudah meninggikan suaranya.

"Saya mengakui bahwa saya salah--"

"Memang anda salah!" potong Zayden.

"Faris, sebaiknya kamu pulang," suruh Gus Arfa. Ia sudah tidak menjamin jika Zayden bisa mengontrol emosinya.

"Tapi, Bang--"

"Pulang sekarang," potong Gus Arfa dengan cepat.

Faris pasrah.

"Assalamualaikum," pamitnya. Setelah itu Faris langsung pergi.

Zayden terus menatap tajam ke arah Faris hingga punggung laki-laki itu menghilang.

Terjadi keheningan. Zayden yang isi pikirannya sedang berkecamuk, sedangkan Gus Arfa meyakinkan dirinya untuk menjelaskan semuanya kepada Zayden.

"Faris itu sepupu kami ...."

Zayden langsung menoleh dengan kening berkerut. "Sepupu?"

"Iya, Faris sepupunya Zaina."

Zayden terkejut.

"Faris itu anak dari almarhum adiknya Abah. Dia tua satu tahun dari saya, tapi dia tetap panggil saya abang."

𝐙𝐈𝐍𝐍𝐈𝐀 Where stories live. Discover now