Extra Part: Hidup, Jisung.

628 38 4
                                    

Cinta Ayah..

HAPPY READING 💌

Tidak ada yang baik-baik saja. Siapa yang baik ketika terbaring di atas ranjang dalam waktu yang cukup lama? Ia rindu kebebasan. Ia rindu kamarnya. Ia rindu rumahnya.

Ia juga rindu Ayah.

Benar. Sekalipun pria paruh baya itu hanya memarahinya, ia akan menerimanya. Orang bilang, orang tua marah karena mereka menyayanginya. Jadi, Ayah menyayangi nya, kan?

"Hyung...dimana ayah?" Tanyanya selepas sadar. Ia tidak berpikir tentang apa yang terjadi. Ia khawatir tentang ayahnya.

Orang-orang mungkin akan memukulnya, memarahinya, atau apapun. Karena saat-saat kritis ia masih bisa menanyakan dimana pria paruh baya yang bahkan tidak pernah peduli padanya. Tapi persetan dengan itu semua. Ia tidak baik kalau belum melihat ayah.

Astaga Jisung. Bagaimana orang lain bahkan saudaramu tidak kesal denganmu? Sadarlah siapa orang yang kau cari itu.

"Hyung....", Ia memanggil salah satu kakak laki-lakinya yang diam menatapnya dengan raut wajah tidak menyenangkan. Dia menundukkan wajahnya tapi ia bisa melihat bagaimana kesalnya pemilik wajah itu. "Dimana Ayah, Hyung?" tanyanya kembali.

Namun, sang kakak hanya bisa diam sembari mengalihkan pandangannya. Membuat ia yang terbaring akhirnya mengangkat tangannya yang lemas. Menggenggam lembut tangan kakak yang tak jauh darinya.

"Berhenti bertanya sebelum aku memukulmu. Benar-benar memukulmu." Ia bisa merasakan gemetar kecil di pergelangan tangan sang kakak. Membuatnya menjatuhkan harapan akan jawaban yang memastikan. Ia tidak ingin membuat kakaknya marah atau membuat suasana gaduh.

Setidaknya ia masih bisa bersyukur kalau kakaknya ada disini. Menemaninya dengan segala tingkah bodohnya.

"Apa masih sakit?" Pemuda lain datang menghampirinya. Duduk di tepi ranjang dan melihat tangannya yang pucat pasi.

Ia menggeleng sembari tersenyum. Kakak tertuanya itu membalas senyumannya. Dia memberikan usapan di rambut juga tangannya. Memastikan keadaan adiknya ini benar-benar baik setelah banyak hal yang dilalui.

"Kami akan keluar untuk membeli makanan. Ketika menemukan sesuatu yang enak, kami akan membelikannya untukmu," jelas sang kakak dengan lembut.

Setelah itu, mendapat persetujuan dari sang adik keduanya meninggalkan ruangan. Namun, salah satunya berhenti sejenak. Merasa salah satu adiknya begitu sensitif tentang topik tadi, ia memberanikan diri untuk menegurnya.

"Jangan ceritakan apapun padanya," ucapnya pelan, mengurangi kemungkinan seseorang yang ada di dalam ikut mendengarnya.

Segera ia gapai pundak sang adik yang merasa sok kuat itu. Ia paham sekali dia merasa sedih, karena berjam-jam menunggu justru sang Ayah yang adik mereka cari. Ia tahu betapa sakitnya hati itu.

"Sebelum hyung memberi tahuku, aku pun akan melakukan sendiri," tanpa berbalik untuk menatapnya, dia sudah pergi terlebih dahulu.

Ia menghembuskan nafas yang berat. Bagaimana masalah ini bisa selesai dengan cepat? Ia ingin semua ini berakhir. Ia takut ada yang disebut kehilangan "lagi".

Segera ia mengajak adiknya itu untuk pergi mencari makanan yang bisa mengenyangkan perut mereka. Berjam-jam khawatir ternyata menyita energi. Ia harap istirahat sesaat bisa membuat semua hal terasa lebih baik.








See you in next chapter!

Little Boy♪Where stories live. Discover now