22.4 Lagi dan lagi, aku yang terjebak

749 80 1
                                    

Instead of getting better, it's getting worse.

Maaf klo ada typo🙏🏻

Happy reading✨


"Pulang terlambat. Lagi."

Ia hanya bisa diam ketika suara sang Ayah mengintropeksi dirinya. Padahal ia pulang di jam biasa ia pulang..

Tapi seperti biasanya. Di mata sang ayah, semua itu akan berbeda. Hal kecil akan menjadi sesuatu yang besar, apalagi tentang dirinya.

"Ikut ayah."

Ia menengadahkan wajahnya. Memandang ayahnya dengan tidak yakin. "Kemana ayah..?"

Ayahnya hanya diam sembari berjalan mendahului nya. Membuat ia terpaksa mengikuti walau tak tahu niat apa yang ayahnya pikirkan.

Mereka berhenti tepat di sebelah dapur.

Kamar mandi?

"Masuk."

Perasaannya tidak enak. Tapi apa yang bisa ia lakukan, ia hanya bisa menurut. Melepas tas sekolah yang masih terangkul di pundaknya dan meletakkannya sembarang.

Baru 1 langkah memasuki kamar mandi, dirinya langsung diguyur air yang datang dari belakang tubuhnya. Membuat sekujur tubuhnya bergetar kecil karena mendapat rasa dingin tiba-tiba.

"Ayah...dingin.." cicitnya saat angin ikut berhembus membuat rasa dingin semakin mencekam.

"Itu hukuman pertama mu. Ikut ayah..."

"Lagi?" tanya dengan lirih.

Namun sama saja hasilnya. Ia diacuhkan. Lagi dan lagi ia menurut, mengikuti sang ayah dari belakang dengan baju yang basah. Air masih menetes sepanjang langkahnya.

Dan mereka berhenti di kamar ayahnya. Kamar yang sudah lama tidak ia lihat. Kamar yang terakhir kali membawa aura hangat untuknya, namun kini auranya mencekam, tegas, dan keras.

Ia sempat berpikir, apakah ayahnya memberikan mantra berbeda hingga membuat suasana kamarnya menjadi berbeda?

Tapi itu tidak mungkin.

Kamar sang ayah... mencerminkan ayahnya saat ini.

Setelah memasuki kamar ayahnya, ia hanya diam. Ia berhenti tiba tiba membuat sang ayah menoleh kepadanya.

"Kenapa berhenti?"

Ia menundukkan kepalanya lagi. Tatapan ayahnya terlalu tajam. Seakan akan dia berniat melukai hatinya, jiwa atau apapun yang ia punya. Sorot matanya bagaikan silet, yang sudah terasah dan siap menyerang siapapun yang menjadi tujuannya.

"Ada apa ayah? Kenapa membawaku ke sini.?" tanya nya dengan lembut. Berusaha untuk tidak memancing amarah atau rasa kesal sang ayah.

Sayang sekali balasan yang ia dapat justru cengkraman pada tangan kanannya yang membuat ia terseret mengikuti langkah ayahnya.

Little Boy♪Where stories live. Discover now