12.2 Kejadian

853 74 2
                                    

Seandainya dan kenapa. Dimana di setiap kata ada harapan yang tertera.
.

.

Happy reading, kawan💘

Maaf kalau ada typo 🙏🏻




Pada sebuah ruangan luas yang tertata rapi, dibalik punggung kursi, laki laki berusia 21 tahun duduk dengan santai seperti bos pada perusahaan. Sebenarnya ini adalah rumahnya sendiri. Hentakan salah satu kakinya berdetak serentak di lantai, sementara kaki lainnya berayun dengan bertumpu di kaki satunya dengan nyaman.

Pandangannya reflek menoleh saat pintu ruangannya terbuka tanpa ketukan sama sekali.

Darisana muncul seseorang yang lebih tua darinya menggunakan kemeja berwarna coklat muda dengan jeans. Rambut hitamnya yang sempurna nyaris begitu mengkilap di matanya.

"Ah, kau sudah kembali" kursinya berbalik sempurna. Ia tersenyum senang orang itu yang kembali dari urusannya di luar negeri.

Sedangkan orang yang ia sapa justru menggambarkan ekspresi sebaliknya. Cemberut, wajah masam dan ekspresi buruk lain.

Dia berjalan dengan langkah tergesa-gesa dan langsung menarik kerah baju yang ia kenakan. Memaksanya untuk berdiri dari kursi. Semoga saja kemejanya tidak robek di buatnya.

"Kau melewatkan kelas lagi, hah? Kau tahu sudah berapa juta won uang yang aku keluarkan untuk membiayai mu masuk sekolah skating?" Si pria langsung memarahi nya tanpa ada basa basi terlebih dahulu.

Sementara, orang yang diceramahi justru hanya tersenyum santai. Seolah hal yang dilontarkan padanya bukanlah masalah besar.

"Aku keluar, orang tuaku memintaku menyelesaikan kuliah" balasnya dengan tenang. Emosi tidak selalu menang, bukan?

Dia tampak terkejut mendengar alasannya yang mudah diucapkan namun menghancurkan mood orang itu.

Dia melepaskan cengkeramannya, mengalihkan pandangannya. Lebih memilih berjalan ke arah jendela ruangan yang terbuka. Membawa aroma hujan yang baru reda beberapa saat lalu.

"Maaf aku tak memberitahu mu, tapi kau sendiri tak ada di sana saat aku berkunjung..." ucapnya dengan nada memohon. Alisnya pun naik, meminta pria itu untuk mau memaafkannya.

Lelaki itu berjalan mendekat. Menghampiri si pria yang tengah berdiri dan ikut memandangi halaman hijau rumah ber-tingkatnya itu. The real anak sultan.

"Tapi sungguh, orang tuaku yang meminta. Aku tak akan meninggalkannya begitu mudah, bahkan aku merengek selama 2 bulan agar aku tak kembali ke sini."

Pria didepan nya itu hanya diam.

"Ayolah Jihoon, kau bersamaku 2 tahun ini. Kenapa kau tidak mengerti..?"

"Tapi uangku, Sunghoon! Kau pikir aku bekerja sehari untuk mendapatkan uang itu hah? Aku bekerja satu tahun penuh kalau kau tidak tahu." Pria bernama Jihoon itu langsung menyemprot nya dengan rasa kesalnya.

Sunghoon menyentuh bahunya. Seakan memberi energi kepercayaan, ia seperti anak kecil yang akan ditipu oleh pria pria tak berakal diluar sana.

Little Boy♪Hikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin