20. Rumah

665 76 0
                                    


Di siang yang tak bersahabat itu, Renjun, Jeno dan Mark duduk bersama di ruang tengah. Menyantap cemilan yang ada diatas meja sembari menonton televisi yang menampilkan acara berita.

Mereka saling diam. Menuju tepat ke satu titik. Hanya ada suara hujan dan gemuruh petir yang terdengar dari luar. Cuaca yang buruk untuk pergi dan cuaca yang bagus untuk bersantai di rumah.

Namun, kesunyian itu tak berlangsung lama sampai Mark membuka suaranya, "kalian lihat Jisung?"

"Tidak." Jawab Jeno dengan singkat. Dia orang yang tidak mau tahu menahu tentang si bungsu.

"Entah. Mungkin....masih di sekolah. Seharusnya dia sudah pulang" ucap Renjun tanpa mengalihkan pandangan nya dari layar televisi. "Memang ada apa...?" tanya Renjun lagi.

"Tidak apa. Hanya bertanya."

Renjun hanya ber-oh. Lalu atensi Mark kembali juga pada layar televisi. Tak berbicara atau bertanya hal lain. Ia lelah. Tadi ia memutuskan untuk pulang lebih awal dan meminta Jihoon mengurus sisanya. Tidak banyak sih, jadi ia tak khawatir.

Layar di depan mereka, menampilkan berita yang membawakan berita tentang cuaca dan hal hal lain disini. Mereka terlalu bosan untuk mengganti channel nya. Dan tak berniat juga walau beritanya membosankan. Setidaknya...itu bisa membuat suasana tidak terlalu canggung.

Ting tong.

Tepat sebelum bunyi bel itu.

"Biar aku saja.." Jeno mengajukan diri untuk membukakan pintu rumahnya.

Ada seseorang yang datang di saat hujan seperti ini.

Derap kakinya terdengar seiring langkahnya maju. Tanpa ekspresi jelas, ia berhenti. Membuka kunci dan meletakkan satu tangan pada gagang pintu berpoles marmer. Menarik nafasnya dan membuka pintu itu, memperlihatkan seorang pria tua berjas hitam yang berdiri dengan senyuman.

"halo Jeno...."

Sapaan lama yang tak Jeno dengar bertahun tahun, kembali menyeruak. Masuk secara paksa ke telinga dan sel sel memorinya.

"Apa kabar? Rindu tidak..??"

Dia membisu. Terkejut dengan seseorang yang berdiri tepat di hadapannya. Beberapa senti lebih tinggi darinya. Menatapnya dengan rasa senang juga gembira. Berbeda dengan Jeno yang merasa...Jeno tidak merasakan rasa apapun saat bertemu dengan orang itu.

Dengan paksa, bibirnya mengucapkan satu kata yang sudah lama tidak dia ucapkan.

"Ayah...."

——————

"Astaga!! Kamu hujan hujanan? Apa kamu mau sakit??" baru saja datang, ia sudah dihujani pertanyaan introgasi oleh pria dihadapannya.

"Bagaimana kalau kamu kenapa kenapa???? Siapa yang repot, eoh?"

Dia sangat baik. Melebihi hyungnya sendiri.

"Maaf..aku tidak membawa payung atau jas hujan. Aku bahkan tidak tahu kalau akan hujan. Hehehe...."

Pria didepannya langsung memasang muka datar, dia pergi sebentar lalu kembali dengan handuk ditangannya. Mendekat kearahnya dan langsung menyelimuti rambut basahnya dengan handuk berwarna putih. Menggosok ke kanan dan ke kiri agar rambut hitamnya cepat kering.

"Gomawo hyungg" ucapnya dengan lirih. Tapi ia yakin, pria itu mendengarnya. Lagipula jarak mereka tidak terlalu jauh.

Little Boy♪Where stories live. Discover now