48. Kekacauan

581 51 16
                                    

Senyuman tanpa dosa itu membuat Ayah hancur.

.
.

Happy Reading 🦋

Jaemin hanya melipat kedua tangannya kala mendengar Ayahnya terus berbicara tanpa memberi jeda sama sekali. Setiap selesai, Ayah nya itu punya kata kata lain yang akan ia sampaikan. Jaemin bosan. Itu itu saja perbincangan nya dengan Ayah setiap kali bertemu.

Ingat, ya, Jaemin, perusahaan ibumu ini ada di tanganmu.

Tolong jaga dengan benar.

Jangan bersikap berlebihan seperti anak kecil.

Jaga sikapmu.

"Iya Ayah. Aku mengerti. Kenapa ayah mengulangi perkataan yang sama setiap kali Ayah berbicara denganku? Apa aku orang paling tidak bisa dipercaya sekarang?" Tanya Jaemin kesal Ayahnya sama sekali tidak berhenti.

Bahkan saudaranya yang lain pun, mungkin, akan sama kesalnya dengan dirinya. Orang mana yang akan mendengarkan kata kata radio rusak yang terus diputar. Sungguh, Jaemin lebih baik mendengar celotehan orang lain yang lebih tidak bermanfaat dibandingkan mendengar Ayahnya berbicara.

"Perusahaan, perusahaan dan perusahaan. Ayah membebankan titik fokus Ayah pada kami. Karena apa? Karena Yujin tidak bisa mengambil pekerjaan ini. Jadi, ayah memberikannya pada kami seolah ini yang kami inginkan. Kenapa ayah? Tidak kah Ayah berpikir kalau Mark hyung ingin jadi seorang sutradara dan penulis cerita? Renjun hyung ingin mempunyai galeri karyanya sendiri, dan Jeno ingin menjadi atlet." Jaemin kini memuntahkan semua kekesalannya setelah bertahun-tahun ia diam saja. Ia menjaga image anak kesayangan Ayah. Karena sebelumnya ia berpikir, kalau ia menjadi kesayangan Ayah nya, menggantikan Yujin, ia bisa mewujudkan semua impiannya.

Tapi nyatanya tidak. Justru ia dan saudara-saudara menjadi pengganti Yujin. Perantara Ayah mewujudkan keinginan putri kesayangannya, kerajaan nya, berlian berharga miliknya. Walau kini hilang dari genggamannya.

"Dan Jisung."

Wajah ayah kini terpaku padanya. Mulai terlihat ekspresi tidak suka. Benci dengan topik yang akan Jaemin bahas.

"Dia hanya butuh kasih sayang Ayah, sebagai pengganti kasih sayang Bunda. Dan Ayah bahkan tidak bisa memberikan hal sepele seperti itu." Jaemin membuang muka asal.

Tangannya bergetar. Tak terlihat, tapi begitu mengganggu sang empu.

"Pantas saja Bunda pergi. Semua ini pun karena Ayah."

"Bagaimana mungkin?" Ayah menggertak tiba-tiba. Menarik kerahnya mendekat, dan memaksanya melihat wajah penuh amarah pria yang kini mau menyentuh angka 50 pada usianya. "Ayah begitu menyayangi nya! Kenapa Bunda pergi karena Ayah?? Tidak. Ini bukan karena Ayah."

Jaemin menunjukkan smirknya. Bingung dan kagum dengan ketidaktahuan Ayah nya. Pura-pura lebih tepatnya. Sangat pandai sekali beliau ini menyembunyikan hal yang begitu penting. Padahal, fakta ada di tangannya.

"Memang benar. Hal yang begitu sempurna adalah Ayah dan kebohongan! Seharusnya Ayah tidak menikahi bunda kalau memang bukan karena cinta." Jaemin tetap tenang walau ia bisa merasakan panasnya kepala Ayah karena amarah.

Little Boy♪Where stories live. Discover now