🦅 ZAYYAN - BAGIAN TIGA PULUH SEMBILAN

Start from the beginning
                                    

"Datang juga lo rupanya, gue kira lo nggak bakalan senekat ini?" 

Ujung mata Zayyan melihat sosok cowok tinggi betubuh tegap berdiri dari kejauhan. Meski samar, Zayyan bisa merasakan kehadiran Sadewa. 

Zayyan berbalik badan seraya menahan amarahnya. Sadewa menyesap rokok nya sembari menatap Zayyan remeh, lalu ia melempar sembarangan putung rokok tersebut. 

Langkah kaki membawa Sadewa mendekati Zayyan seraya memasuki kedua tangannya kedalam saku celana. 

"Sudah gue bilang jangan ada bantuan siapapun, disini cuman ada lo sama gue bertarung." Ujar Sadewa menggaruk pelipisnya.

"Lo udah bunuh sahabat gue Erza, orang yang gue sayang harus meninggal di tangan orang kotor seperti lo Sadewa!" Sergah Zayyan. "Gue nggak akan biarin orang berdosa menang, gue bakalan ngehancurin lo seperti lo ngehancurin hidup sahabat gue!" Tambahnya. 

Sadewa terkekeh sinis, tatapan nya langsung berubah tajam. 

"Lo pikir gue takut ancaman lo? Tidak, karena gue punya kekuasaan. Hukum aja bisa gue beli apalagi harga diri lo, lo mau berapa biar gue transfer sekarang juga. Begini aja bagaimana lo tulis di atas kertas, kalo lo it—BANGSAT!!" Sadewa menjauh setelah Zayyan meludahi cowok itu ke wajahnya. 

"Ogah anjing! Mana mau gue tulis kek gitu. Bilang aja lo nggak berani bertarung sama gue. Takut lo kalah kan? Mending lo pulang cuci tangan kaki terus di nina bobo sama ortu lo. Kan, lo anak mamih-Papih!" Zayyan menyeringai puas. 

Merasa direndahkan Sadewa nampak mulai emosi, dadanya naik turun. "Habis lo malam ini Zayyan!" 

•••

Sejak tadi Vanila duduk di kasur, benar-benar merasa tidak tenang belum ada kabar dari anak-anak lain. Ia menggigit bibir bawahnya dengan manik matanya terus kesana-kemari berharap ada notifikasi pesan masuk. 

Membaringkan diatas kasur. Namun ia masih saja kepikiran perihal rencana yang di lakukan Sadewa menyuruh Zayyan datang ke gedung kosong. Pikiran Vanila penuh, rasanya ia pengin datang menyelamatkan Zayyan. 

Vanila memejamkan matanya perlahan, mencoba menenangkan diri. Hasilnya tetap sama, Vanila merasa tidak ada yang beres dengan rencana Sadewa.

Vanila beranjak dari kasur buru-buru keluar pintu lalu turun ke lantai dua mengambil kunci motor matic nya. 

"Semoga jangan sampai Zayyan ngelakuin macam-macam." Gumamnya.

•••

"Ngapain kalian kesini? Ini urusan Sadewa sama Zayyan. Kalian mending pergi sebelum gue ngehabisin kalian semua!" Ucap Afgar menghadang Gibran dan Varel masuk kedalam gedung tersebut. 

Gibran hampir saja akan melayangkan tangan ke wajahnya tapi Varel segera menahan emosinya. 

Xavier dan Fadli terus terang berdiri di belakang Afgar disertai senyuman liciknya. 

"Kalian semua itu bodoh, begitu juga Zayyan mau aja dia datang kesini aslinya dia jemput ajal benar nggak bro?" Manik mata Fadli bergerak ke ujung seraya tertawa sinis. Xavier dan Afgar ikut tertawa sembari mengacungkan jempol setuju. 

Gibran tak kuasa menahan lagi, tangannya melayang tepat pada sasaran. Cowok itu memukul rahang pipi Fadli sangat brutal hingga Fadli tersungkur ke lantai. Sontak aksi Gibran membuat Afgar dan Xavier terhenyak.

"Ini yang namanya cowok? Gitu aja tumbang? Banci ya lo?" Gibran mencondongkan tubuh tinggi nya menyamakan wajahnya dengan Fadli. "Buka pintu nya!" 

"Nggak!" Tolak Fadli sambil memegang bekas pukulan di pipi nya. 

"Mau gue pukul lag—" belum sempat melayangkan tangannya Fadli mengubah posisinya berlutut kedua telapak tangannya menyatu memohon agar Gibran melepaskannya.

"Ampun! Gue bakal buka pintunya, Afgar! Buk-buka pintunya cepat!!" Titah Fadli. Mau tak mau mereka berdua terpaksa nurut.

"Bagus." Gibran menegapkan tubuhnya, ia kemudian menoleh pada Varel. "Gimana?" Tanyanya.

Varel menunjukan sesuatu di layar ponselnya. "Kalian berempat sekarang hancur, kalian menjadi tersangka pembunuhan Erza jadi.. polisi sebentar lagi kesini. Ayah kalian bertiga juga sekarang di tangkap polisi karena melakukan korupsi." Varel hampir kelupaan. "Coba kalian cek beritanya udah kesebar."  

"Untuk kalian, selamat mendekam di penjara bersama ayah kalian."

••• 

"Cuih! Gue nggak akan biarin lo menang bangsat!" Sadewa memuntahkan darah segar dari mulutnya. Wajah Zayyan dan Sadewa sudah terlihat babak belur. 

"Seandainya lo nggak iri sama gue mungkin ini nggak bakalan terjadi Sadewa, harusnya lo nggak buli orang yang salah. Kenapa harus Erza! Kenapa harus dia yang harus jadi bahan pelampiasan bangsat!" Teriak Zayyan lantang. 

"BACOT! PERSETAN SAHABAT LO ITU ANJING!!" 

Sadewa menerjang Zayyan yang sedang lengah. Punggung Zayyan langsung mengantam lantai berdebu nan kotor. Kerah jaket kulit hitam yang dipakai Zayyan dicengkeram kuat oleh Sadewa. Pandangan Sadewa menatap tajam.

"Anjing lo! Gak usah ikut campur urusan gue sama Erza!" teriak Sadewa. "Temen lo itu udah mati! Bukan urusan lo lagi!" 

BUGH!!

"Shh!" Zayyan meringis ketika pipi kirinya dihantam oleh kepalan tangan Sadewa. 

Zayyan mendorong bahu Sadewa kasar sampai remaja itu terjengkang. Zayyan berdiri dan saat itu juga Sadewa mengeluarkan pisau lipat dari saku jaketnya. 

Sadewa berdiri cepat. Dia menerjang Zayyan kembali seraya menusuk dada remaja di hadapannya. Cairan pekat langsung mengotori pisau yang Sadewa pegang.

Zayyan tersentak. Dada kirinya tertusuk. Ia melayangkan pukulan mentahnya di pipi Sadewa. Zayyan memegangi dada dengan darah yang keluar tak henti. Cowok itu meringis dengan tubuh yang mulai bergetar dan lemas.

"Cowok kayak lo harusnya mati Zayyan Harquel!" Sadewa berlari untuk kembali menghantam Zayyan lagi. Namun, Zayyan menghindar dengan bergeser yang membuat Sadewa tak punya waktu untuk menghentikan langkah.

Pembatas gedung yang setinggi lutut pun tak mampu menahan Sadewa. Remaja itu jatuh dari ketinggian dua puluh meter dengan sendirinya. Suara hantaman keras pun terdengar.

Dengan langkah gontai, Zayyan mendekat ke arah pembatas. Gemeteran, dia menoleh ke arah bawah secara perlahan. Melihat Sadewa yang sudah terkapar tak bernyawa dengan posisi telungkup.

Ada darah yang menggenang di sekitaran kepalanya. Tubuh Sadewa tak bergerak yang menandakan remaja itu sudah meninggal.

 Tubuh Sadewa tak bergerak yang menandakan remaja itu sudah meninggal

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

BAGAIMANA PART INI? SEMOGA KALIAN SUKA YA.

TINGGAL SATU PART LAGI NIH BTW KALIAN DI TEAM HAPPY ENDING ATAU SAD ENDING? HAYOK KOMEN HAHA..

JANGAN LUPA VOTE KOMEN DAN SHARE CERITA INI.

FOLLOW JUGA INSTAGRAM KU assidiqfebryana untuk lebih tahu info update ceritaku. Terimakasih telah meluangkan waktu kalian.

ZAYYAN HARQUEL [END] ✓ SUDAH DI TERBITKANWhere stories live. Discover now