LL - 41

88K 10.8K 6.3K
                                    

Update!

Vote 7K dan komen 6K for next!

Gais akan ada banyak info baru, jadi follow Instagram ku ya! @aloisiatherin dan @khaezarhg

Part ini kalian di ajak menebak, wkwk

Gais, mohon doanya semoga di lancarkan ya cerita ini, untuk semua halnya.. aamiin ya Allah aamiin..  

Tandai typo dan kalimat rancu!

Jinaya menarik kerah baju Jaleo yang berdiri mematung tanpa ekspresi di depannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jinaya menarik kerah baju Jaleo yang berdiri mematung tanpa ekspresi di depannya. "Kemana Kak Khaezar? Kenapa ada lo disini, kak?!"

"Nay, tenang. Tenang dulu, Jinaya." Jaleo melepaskan cekalan Jinaya di kerah kaosnya. Berusaha menenangkan perempuan yang nampak terengah karena emosi.

"Gimana mau tenang kalo gue di tinggal sendirian di tempat ini?! Lo gak ngerti kak! Gue takut!" Jinaya meremas rambutnya penuh emosi.

"Ya makanya gue kesini! Gue jemput lo, Nay. Ayo pulang." Jaleo menurunkan kedua tangan Jinaya dari masing-masing sisi kepalanya.

"Enggak, kak Khaezar mana?" Jinaya menatap Jaleo dengan pandangan buramnya.

"Ck, Khaezar nggak ada disini. Paham?" Jaleo memberi pengertian pada perempuan itu. Pasalnya, mau dicari sampai semua wahana tutup pun, batang hidung Khaezar tidak akan kelihatan.

Pria itu sudah tidak menginjak tanah Jakarta lagi. Mau dicari sampai mereka kehabisan tenaga akibat mengelilingi Jakarta pun tetap tidak akan terlihat sosok Khaezar disini.

"Ada, tolong cari..." Jinaya melirih di akhir kalimatnya, memohon dengan sangat pada sosok pria di depannya.

Tubuhnya perlahan luruh, bersamaan dengan air mata yang turun membasahi lagi kedua pipinya yang bahkan belum kering.

"Tolong cari.." Jinaya memukul dada Jaleo yang mendekapnya dengan erat, menahan tubuhnya agar tak kembali ambruk ke atas tanah.

"Gue nggak akan pulang kalau kak Khaezar nggak ada. Lo tau itu kan, k-kak?!" Jinaya menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan. Menangis lagi disana.

"Apaan sih?! Ini apaan?! Kalian lagi mau kejutin gue kan? Ulang tahun gue masih lama!" Jinaya menangis di dada Jaleo. Tangannya yang satu tak berhenti untuk menghujamkan pukulan disana.

Jaleo menahan tubuh Jinaya dengan satu tangan, dan yang satunya ia gunakan untuk mengelus rambut perempuan itu.

"Kita pulang dulu ya, pulang dulu, Nay."

Jaleo melihat sekitar yang makin banyak pasang mata menatap ke arah mereka. Bahkan beberapa bertanya pada Jaleo, apa perempuan dalam pelukannya itu baik baik saja.

"Aman pak, gak apa apa." Jaleo menjawab ke khawatirkan seorang bapak bapak.

"Gue izin gendong ya, Nay." Jaleo langsung mengangkat tubuh Jinaya, membuat perempuan itu refleks melingkarkan tangan di leher Jaleo. Sedangkan pria itu membopongnya menuju mobil yang terparkir tak jauh dari pintu masuk.

Love Letters [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang