LL - 37

110K 12.1K 5.7K
                                    

Hai! Kangen gak? Wkwkwk

Targetnya 7K vote dan 7.5 komen plis🔥

Kasih aku api semangat disini! 🔥🔥

Follow ig @aloisiatherin Aku sering kasih info voucher karya karsa disana! Sksksk dan info update!

@khaezarhg
@jinayaedrea

Tandai typo dan kalimat rancu!

Jika ditanya apa alasan Khaezar jatuh cinta, tentunya karena Jinaya alasannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jika ditanya apa alasan Khaezar jatuh cinta, tentunya karena Jinaya alasannya. Kalau bukan Jinaya? Rasanya Khaezar tetap menjadi sosok pendiam yang tertutup dan tidak akan pernah merasakan bagaimana jantungnya berdegup cepat dengan begitu gila, atau mungkin wajah yang merona merah karena malu.

Kehadiran Jinaya benar benar berhasil mengubah Khaezar. Pria yang pendiam itu berubah menjadi lebih murah senyum. Pria yang sebelumnya terkenal karena sifatnya yang dingin itu perlahan melebur bersama hangatnya senyum Jinaya.

Hari Khaezar yang biasanya terkesan monoton kini berubah menjadi penuh dengan kehangatan. Pagi hari Jinaya yang sudah mengomel karena badannya yang pegal, atau Khaezar yang selalu semangat menyiapkan sarapan untuk keduanya.

"Kak, boyok aku encok tau." Keluh Jinaya, untuk hari ini dan di setiap paginya.

"Dasar remaja jompo." Ejek Khaezar. Tapi kakinya bergerak menghampiri Jinaya yang kini duduk di atas sofa, sembari mengurut punggungnya.

Jinaya cemberut. Matanya menyipit menatap Khaezar dengan penuh rasa kesal. Lalu tubuhnya menjauh saat Khaezar duduk di sebelahnya.

"Dih, ngambek nih?" Khaezar mengerutkan dahinya, melihat Jinaya menggeser tubuhnya ke pinggir.

"Gatau." Jinaya menghentikan bahu. Posisinya memunggungi Khaezar. Enggan menatap pria itu. "Gak usah deket deket sama cewek jompo ini." Lanjutnya.

Khaezar terbahak. Ternyata Jinaya-nya kesal karena dibilang remaja jompo?

"Iya, maaf maaf. Sini, mau dipijet nggak?" Tawar Khaezar. Pria itu mengulurkan tangan ke depan, menggapai lengan Jinaya.

"Nggak usah. Aku bisa pijet sendiri." Jawab Jinaya ketus.

"Duh, ngambeknya gemesin banget ya." Khaezar langsung saja menarik tubuh Jinaya untuk ia dekap ke dalam pelukannya. Tentunya dengan lembut dan pelan.

"Euhhh, gemes banget gue." Khaezar mendekap tubuh mungil Jinaya di dalam pelukannya dengan erat namun tidak menyakiti wanita itu.

"Mana yang mau di pijet? Hm? Mau di kasih minyak juga?" Khaezar melepaskan pelukan, lalu ia menaruh dagunya di pundak Jinaya. Mendekat ke wanita itu agar bisa makin jelas mendengar keluhan Jinaya.

"Iya kak. Punggung ini. Sakit banget. Kayaknya bawa tas berat deh kemarin kemarin tuh." Keluh Jinaya sembari menyodorkan punggungnya pada Khaezar.

"Bawa apa emang?" Khaezar berdiri, mengambil minyak urut yang ada di kotak penyimpanan obat.

Love Letters [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang