LL - 01

410K 30.4K 31.1K
                                    

"Jinaya Edrea, bisa dipanggil Jinaya, Jin, Aya atau Jinay

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jinaya Edrea, bisa dipanggil Jinaya, Jin, Aya atau Jinay." Gadis dengan tinggi sebatas dada Khaezar itu menjulurkan tangan ke depan.

Bukannya membalas jabatan tangan gadis itu, Khaezar malah menaikkan salah satu alisnya, memandang Jinaya dari atas ke bawah.

Jinaya kenal dengan pria ini. Anak teknik yang berada dua tingkat di atasnya. Selain itu, beberapa kali dia melihat pria ini berbincang dengan Aca. Tapi yang membuat Jinaya kenal dengan nama panjang serta angkatan pria itu, karena Khaezar Haga Archello merupakan salah satu pria kontroversial di kampus dengan rumor, tidak tertarik dengan cewek.

Sering sekali kabar miring tentang Khaezar beredar di menfes kampus. Padahal, Jinaya merupakan mahasiswa angkatan baru, tapi secara garis besar, dia paham dengan segala kontroversi dari seorang Khaezar Haga.

Bahkan menurut rumor yang beredar, selama dua puluh satu tahun pria itu bernafas, belum ada satu gadis pun yang berhasil memikat Khaezar.

Dari segi tampang dan uang, setidaknya satu wanita seharusnya sudah berada dalam jeratan seorang Khaezar. Namun sayangnya, sampai sekarang pun tidak ada tanda-tanda bahwa pria itu tertarik dengan kelamin perempuan.

"Kak Khaezar mau bantu angkat angkat barang gue kan, Ca?" Tanya Jinaya seraya menurunkan tangannya yang menggantung, ketika tidak dibalas dengan jabatan tangan oleh Khaezar.

Aca menutup mulutnya, terkejut dengan pemikiran Jinaya. Sedangkan Khaezar sudah mendengkus di tempat.

Khaezar langsung menyenderkan punggungnya di tembok, dengan tangan bersedekap di dada. Menatap sepupu perempuannya yang kini meringis tak enak pada Khaezar.

"Bu-bukan Jin. Ja-jadi kamu bakal tinggal seapartemen dengan dia!" Empat kata terakhir terujar dengan cepat, keluar dari mulut Aca, membuat Jinaya memajukan kepalanya.

"Hah? Apa Ca? Yang pelan kalo ngomong." Tegur Jinaya.

Kepala Aca semakin menunduk, telunjuknya saling bertaut. Ia menatap lorong apartemen yang sepi. Jaga-jaga, kalau dua orang di depannya melakukan penganiayaan tiba-tiba, maka ia bisa berteriak minta tolong.

"Aca?" Panggil Jinaya, ketika Aca malah asik celingukan.

Pasrah, Aca pada akhirnya membuat ekspresi manisnya yang berhasil membuat Khaezar merotasikan bola matanya malas.

"Kalian akan tinggal satu apartemen. Aku minta Khaezar supaya mau sharing apartemen sama kamu." Cicit Aca.

Jinaya masih terdiam. Belum bereaksi yang gimana gimana, sampai kemudian tangannya berkacak pinggang, mulutnya sebentar lagi akan menyemburkan pekikan.

Love Letters [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang