LL - 35

113K 12.1K 5.3K
                                    

Hai!

Selamat berpuasa ya! Dan selama puasa kita juga puasa yang 21+ juga wkwk!

Jadi, additional part 35 adalah additional part terakhir di karya karsa!! 🤓

Target 6K vote dan 6K komen!

Aku pen besok update! Yuk komen yg ramaiiii!

Komen kalo ada typo atau kalimat rancu!

Jinaya terbangun, sebuah tangan yang melingkar di perut membuat gadis itu memilih untuk memejamkan mata dan menarik nafas panjang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jinaya terbangun, sebuah tangan yang melingkar di perut membuat gadis itu memilih untuk memejamkan mata dan menarik nafas panjang.

"Kak Khae." Jinaya menepuk lengan Khaezar.

Gadis itu kemudian merubah posisinya yang memunggungi Khaezar menjadi telentang, tentunya dengan sebuah ringisan yang terlukis di wajahnya. Jelas saja alasannya karena Khaezar semalam yang sudah gila.

Setelah selesai di ronde pertama pecah telor, Khaezar mengompres miliknya. Alasannya katanya sih mengompres, tapi ternyata diam diam kembali berulah.

Jinaya tidak habis pikir dengan pria itu. Katanya yang kedua mau bermain lembut, tapi ujung ujungnya sama. Sama sama buat Jinaya merintih sakit dan berujung ia kecapekan lalu meninggalkan pria itu tidur.

Padahal andai Jinaya tau, ketika wanita itu tertidur, Khaezar mau afterplay layaknya pasangan di luar sana. Dan berujung Khaezar ngomong ngomong dengan Jinaya yang sudah tertidur.

Cara bagaimana pria itu memanjakan Jinaya setelah bermain, cara bagaimana pria itu melakukan afterplay nampak begitu baik dan membuat Jinaya berhasil tidur nyaman tanpa drama ini itu. (Additional part 35)

"Hmmm?" Khaezar membuka mata, mengerjai beberapa saat sebelum matanya terbuka sempurna.

Jinaya sudah bangun. Gadis itu nampak begitu pucat wajahnya, membuat Khaezar langsung terbangun dan terduduk.

"Ay, kamu sakit? Damn! Sialan lo Khaezar!" Pria itu malah mengumpat dirinya sendiri, setelah tangannya mengecek suhu di dahi Jinaya yang terasa hangat.

"Astaga, bentar bentar." Khaezar langsung menyibak selimut, lalu memakai kaosnya. Ia mematikan pendingin ruangan, membuka korden jendela kamar Jinaya.

"Pakai baju dulu," Khaezar membuka lemari Jinaya, lalu mengambil pakaian untuk Jinaya. Setelah itu ia menyerahkan kepada Jinaya, dan langsung di terima oleh gadis itu.

"Bentar gue mau masak bubur dulu sama ambil obat. Jangan bangun dari kasur. Diem aja." Khaezar mengecup kening Jinaya, dan ia segera bergerak ke arah dapur untuk membuatkan semangkok bubur.

"Sialan lo Khaezar." Umpatnya lagi untuk diri sendiri.

Khaezar tak lupa untuk menelepon Aca didapat tangannya sudah sibuk memasak nasi. "Ca, obat buat penurun panas yang lo pakek apa namanya?"

Love Letters [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang