15. Peluk cium

801 135 16
                                    

Peluk, cium, peluk, cium, bolak-balik peluk, cium...

Ehh.. malah nyanyi, dah lah lanjut ke cerita, skuy!

***

"Mau peluk," ucap Zahra manja sambil merentangkan kedua tangannya. Zahra mencoba untuk menghilangkan gengsinya yang sangat tinggi.

Andhika terdiam. Apa yang Zahra katakan barusan? Apakah ia tidak salah dengar?

"Ga mau ya? Yaudah gapapa, lupain aja," nyali Zahra kembali menciut ketika Andhika tidak meresponnya sama sekali.

"Mau peluk? Sini," Andhika langsung menarik Zahra kedalam pelukannya dan memeluknya dengan erat. Dan Zahra langsung membalas pelukan tersebut.

Nyaman. Ya, itulah yang keduanya rasakan. Ini kali pertama bagi mereka memeluk lawan jenis selain keluarganya.

"Zah,"

"Ya?"

"Mau cium ga?"

Andhika dengan ragu mengatakan hal tersebut. Ia mencoba mendorong jauh-jauh rasa gengsinya.

Zahra mematung. Mencoba mencerna apa yang baru saja Andhika katakan.

"Ci-cium?"

"Iya, mau?"

Zahra mengangguk ragu dan memejamkan matanya.

Cup

Sebuah benda kenyal menempel di bibirnya. Ya, pelakunya adalah Andhika. Ia mencium Zahra tepat di bibirnya.

Zahra membuka matanya. Keduanya pun saling bertatapan. Zahra mengira Andhika akan mencium pipi atau keningnya. Ternyata tebakannya salah, Andhika malah mencium bibirnya.

Lama-kelamaan Andhika mulai memejamkan matanya dan menggerakkan bibirnya. Zahra pun kembali memejamkan matanya dan mengikuti ciuman Andhika. Akhirnya keduanya pun larut dalam ciuman mereka.

Cukup lama mereka berciuman. Hingga akhirnya, Zahra merasa kehabisan napas. Zahra pun mendorong pelan bahu Andhika. Andhika pun melepaskan ciuman tersebut. Begitupun dengan pelukan mereka.

Seketika keduanya menjadi salah tingkah. Kecanggungan pun terjadi.

"Demi apa?! First kiss gw udah diambil sama Andhika?! Jadi, gitu rasanya ciuman," batin Zahra.

"Gw habis ngapain barusan?! Ciuman?! Gw ciuman sama Zahra?!" batin Andhika.

Saat ini Zahra tak berani menatap Andhika. Pipinya mungkin benar-benar merah saat ini.

"Zah,"

Andhika mencoba menghilangkan kecanggungan tersebut. Zahra pun memberanikan diri untuk menatap Andhika.

"Ya-ya?"

"Makasih, peluk, ciumnya," Andhika tersenyum.

"REGAL!!! STOP!!!" pekik Zahra.

Zahra langsung membalikkan badannya dan menarik selimut untuk menutupi badannya. Ia sudah benar-benar tidak bisa menahan malu dan salah tingkahnya lagi.

"Hey, kenapa?"

"Ga tau, mau tidur aja,"

"Katanya ga boleh langsung tidur?"

ANDRAWhere stories live. Discover now