Anggukan terjadi secara tenang -- seolah, apa yang terjadi bukanlah sesuatu yang begitu berarti.

"Iya. Tapi, aku sudah biasa. Aku ..." Kepala dengan surai lembut Erika kembali menunduk. "... aku bahkan pernah mendengar sesuatu yang lebih buruk dari ini."

Yang lebih buruk? Apakah separah itu? Ini sangat keterlaluan.

Hinata mengaku ikut kaget setelah mendengarkan apa yang sudah Kushina katakan, pun merasa sangat kecewa ketika tahu apa yang sebenarnya telah terjadi.

Namun, Erika tidak harus menerima segala tuntutan keadaan. Bukan dia yang meminta untuk ada, bukan dia yang mengharapkan terlahir dalam situasi yang salah -- seperti apa yang telah Kushina lontarkan.

Jika ingin menyalahkan, larilah pada siapa yang menjadi penyebab, bukan pada dia yang hanyalah sebuah hasil dari segala akibat.

Naruto. Buruknya gambaran Hinata mengenai pria tersebut menjadi semakin jauh.

"Tidak. Jangan dengarkan. Erika tak pernah melakukan kesalahan, dan kehadiranmu bukanlah seperti yang apa orang lain pikirkan." Hinata memberi pelukan erat.

"..."

"Cukup tutup telinga dan jangan mendengar apa pun, kau mengerti?"

Pelan, Hinata merasakan anggukan terjadi.

"Guru Hinata,"

"Ya?"

"Bisa temani aku lebih lama lagi di sini? Aku tidak mau sendirian." Erika meringis dalam diam. "Setidaknya, sampai Papa pulang dan bisa menemaniku meski tak ada Guru Hinata di sini."

.

.

.

Malam telah menyambut saat Naruto tiba selepas kegiatan yang mengharuskannya melakukan penerbangan ke luar kota.

Seharian penuh melakukan pekerjaan, ditambah dengan penerbangan yang memakan cukup banyak waktu, membuat tubuh Naruto sangat lelah serta membutuhkan istirahat segera.

"Bagaimana Erika?"

"Nona Erika baik-baik saja, Tuan. Tidak ada masalah yang terjadi." Teringat akan perintah yang diberi saat hari masih terang, Eno melanjutkan. "Siang tadi ibunda Tuan datang berkunjung dan meminta agar Tuan menghubunginya segera setelah tiba."

"Ibuku datang? Untuk apa?"

"Hanya sekadar berkunjung dan memberi beberapa makanan."

Anggukan singkat -- Naruto lakukan. "Erika sudah lama tidur?"

"Sudah, Tuan. Ada Guru Hinata yang menemaninya."

Kening Naruto menampilkan garis tanya. Cukup tak menduga dengan jawaban yang Eno beri.

"Hinata? Dia di sini?"

"Benar, Tuan. Seharian ini, dia berada di sini karena permintaan Nona Erika, dan sekarang, Guru Hinata masih berada di kamar Nona."

Naruto terdiam sesaat. Setelah memberi mandat agar Eno boleh kembali ke ruangannya, beberapa saat kemudian, Naruto melanjutkan langkah.

Dengan teratur -- ia berjalan. Membawa serta raganya agar menapak tepat di depan pintu kamar berwarna pastel pink.

Benar ada Hinata di sana, sedang duduk terdiam sembari membelakangi, dan baru menoleh ketika menyadari pintu kamar dibuka.

Dalam keheningan, mereka berpandangan.

"Maaf, aku berada di sini. Erika memintaku datang dan menemaninya hingga kau tiba." Hinata membuka bicara.

"Ya, aku sudah mendengarnya dari Eno."

With You: A Faux Pas? [ NaruHina ] ✔Where stories live. Discover now