27

914 158 14
                                    

"Satu hal yang harus kau tahu, Hinata!" Kushina kembali memotong cepat. "Erika ... dia sama sepertimu."

Hinata terdiam begitu saja. Tidak paham atas konteks apa hingga Kushina berpendapat ia sama seperti Erika.

"Kehadiranmu menghancurkan masa depan Naruto, pun sama seperti anak itu."

Tertegun. Hinata sampai tak berkedip saat coba mencerna maksud yang diucapkan.

"Dia adalah hasil dari sebuah kesalahan, persis seperti yang terjadi padamu dulu." Kushina menarik napas panjang. Kentara sekali betapa remuk perasaannya sebagai ibu yang harus merasakan putus asa berkali-kali karena kelakuan seorang anak. "Memang tak bisa sepenuhnya melimpahkan kesalahan pada kalian, karena nyatanya, Naruto sendiri-lah yang memulai. Tapi, ... aku hanya merasa tak mengerti, mengapa Naruto harus menjadi sebodoh itu? Kenapa harus melakukannya? Berawal dari status teman?" Kushina mendengus keras dan mendelik. "Pertemanan jenis apa yang menciptakan masalah?!"

Hinata membatu. Tubuhnya menjadi mati rasa setelah mendengar semua yang Kushina katakan. Seperti gelas yang terhempas pada dasar lantai, Hinata hancur oleh kenyataan yang terkecap.

"Seandainya saja ..." Kushina masih melanjutkan. Tatapannya menyorot sangat tajam bersama luapan emosi yang tertahan. "... kau dan perempuan itu, ... seandainya sejak awal Naruto tak mengenal kalian, mungkin semua tidak akan seperti ini."

Logika Hinata membeku tak dapat menerima -- meskipun ia telah mencerna dan memahami apa yang telah masuk ke telinganya.

Pikirannya berputar cepat. Segala kenangan lama, serta umbaran kalimat manis yang pernah Naruto ucapkan ketika mereka bersama dahulu, secara paksa menampilkan wujud serupa lembaran putih yang perlahan hangus terbakar api.

Bagaimana senyum sang pria terlampir manis mengisi garis bibir, bersama tatapan tulus yang menyorot sebuah kesungguhan dalam penyampaian rasa, seketika saja semuanya retak dan bertabur bak debu pada pijakan kaki.

Hinata tertikam sebuah fakta.

Hinata memang telah menduga bila Naruto pernah memiliki hubungan bersama seseorang dengan konsep yang pernah mereka jalani dahulu; yaitu berawal dari teman. Namun, yang membuat ia merasa sangat syok -- adalah atas dasar apa semua itu dimulai.

Jadi, setelah dirinya, Naruto kembali mengulangi kesalahan yang serupa bersama yang lain?

Sungguh, Hinata tak menyangka Naruto akan sebrengsek ini.

Bahkan, ketika Kushina telah berlalu pergi, Hinata masih dalam keadaan terpaku yang sama. Ada segelintir rasa yang membuat perasaannya menjadi pahit seketika.

Lemas, Ia menarik napas. Serta saat itu, Hinata dibuat terpaku -- kali ini dengan kehadiran Erika yang menunduk di sisi ruangan lain.

Dugaan Hinata mungkin tidak meleset. Erika mendengar sesuatu.

Lekas, Hinata berjalan. Tak ada emosi apa pun yang ia ditemui. Erika hanya menatap kosong.

"Erika ..."

Tetapi, setelah itu, senyuman tipis terukir di bibirnya.

Ada ketakutan yang Hinata rasakan; takut jika seandainya Erika mendengar semua dan mengetahui segala fakta yang tersembunyi mengenai dirinya dan Naruto.

"Aku ... baik-baik saja, Guru Hinata."

Hinata berubah sendu.

"Erika--" tercekat. Senyuman Erika yang semakin lebar membuat Hinata kian merasa tak enak.

"Tidak apa-apa, Guru Hinata."

Hinata tahu bila Erika sedang mencoba membohonginya.

"Kau ... mendengarnya?"

With You: A Faux Pas? [ NaruHina ] ✔Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt