57

2.4K 145 25
                                    

Pertandingan demi pertandingan sudah mereka lalui, sudah yang ke sekian kalinya mereka menelan kekalahan hari ini, lantaran kekuatan lawan yang unggul dari mereka.

Dan ini, adalah babak terakhir untuk pertandingan yang kedua kalinya, setelah menghadapi SMA Negeri, dan sekarang adalah SMA Garuda. Dan itupun, mereka sudah ketinggalan banyak poin.

"Ji, nih minum. "

Fajri menoleh, dia menatap ke arah Gilang yang menyodorkan botol minuman ke arahnya. Dia hanya menggelengkan kepalanya sebagai respon.

"Ji, minum dulu. Nggak capek apa?"

Fajri menghela nafas kasar, menatap ke arah Gilang yang lagi-lagi bersuara padanya. "Ck, nanti bisa kan? Taruh aja di atas meja, nanti gue minum. "

Gilang sempat terdiam seperkiraan detik, namun itu tidak berlangsung lama karena Ricky bersama Fenly melangkah mendekati mereka.

"Ji, Lo nggak usah turun babak ini. "

Fajri menatap Ricky tak mengerti. "Gue turun babak ini Bang. "

"Nggak, Lo nggak boleh turun lapangan lagi babak ini. Kondisi Lo udah kayak gini, gue nggak mau ambil resiko. "

Gilang diam mendengarkan ucapan yang dilontarkan oleh Ricky. Bisa dia lihat, jika energi Fajri benar-benar terkuras, apa mungkin karena hal itu Fajri menolak minumannya tadi entahlah.

"Gue nggak papa, udah nanggung, tim udah ketinggalan banyak poin, " balas Fajri, seraya mengusap wajahnya dengan handuk kecil di tangannya.

"Ji, nggak usah bahas poin deh, gue udah janji sama Om Raka. Masih mending ya, gue biarin Lo turun ke lapangan lebih sering dari pertandingan yang semalem. " Ricky membalas cepat. "Tuh, masih ada Fenly, biar Fenly aja turun. Ya kan Fen?"

Fenly di sana ikut menganggukkan kepala, menyetujui ucapan Ricky. "Iya Ji, biar gue aja. Anak-anak lain juga masih stand by. " Walaupun jujur, Fenly sangat canggung untuk mengatakannya pada Fajri setelah hal-hal yang terjadi, meskipun begitu ... sejauh ini Fajri juga tidak membuat batasan sendiri dengannya.

Fajri, dia menghela nafas kasar. Belum sempat dia mengatakan sesuatu, Gilang tiba-tiba menyahut. "Ji, nggak usah. "

Dia menoleh, dia lagi-lagi menghela nafas kasar. Fajri hanya menatap sekilas ke arah Gilang, kemudian beralih ke Ricky. "Gue nggak papa. " Dia membalas cepat. "Pokoknya gue turun ke lapangan. " Dia melangkahkan kakinya menjauh, mendekati gerombolan anak-anak satu timnya.

"Keras kepala banget, " gumam Ricky dengan menghela nafas kasar. Dia memutuskan untuk menyusul langkah Fajri, diikuti oleh Fenly juga. Menyisakan, Gilang yang terdiam dalam lamunannya.

"Dia masih marah?" Gilang hanya membatin. "Pas dia nyamperin gue sebelum mulai tadi cuman mimpi?"

Gilang berbicara seperti ini bukan tanpa alasan. Kejadian sebelum pertandingan itu benar terjadi, namun hanya berlangsung sebentar.

Sikap tadi, seolah menggambarkan jika Fajri tidak menganggap kehadirannya bukan? Ah, mengapa dia overthinking seperti ini? Apa laki-laki itu benar-benar belum memaafkannya sepenuhnya.

"Ah Lang, seharusnya Lo sadar. Waktu singkat nggak mungkin bikin lo sama dia kayak dulu. " Dia kemudian menggelengkan kepalanya pelan.

Beberapa menit setelahnya, pertandingan kembali di mulai. Dilihatnya, Fajri turun ke lapangan, dengan Ricky yang di sisi lapangan nampak kesal.

"Ah Ji, keras kepala banget sih. " Ricky menghela nafas kasar dibuatnya. Dari tadi, dia sudah memperingati Fajri, namun laki-laki itu keras kepala untuk ikut pertandingan.

Berteduh [END]जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें