51

2.3K 156 16
                                    

Seusai janji, ralat... sesuai janji part yang waktu itu. Niatnya pen update lebih awal. Nggak papa lah ya, beda sehari lebih awal.

Happy reading!

.
.
.
.
.

Makam, menjadi tujuan Fajri saat ini sepulang sekolah. Dia melangkahkan kakinya ke arah makam yang dia tuju, dan dia berjongkok di sebelahnya.

"Mah?" Dia tersenyum, seraya mengelus batu nisan tersebut.

Dia hanya menatap makam tersebut sayu, tanpa mata yang berembun. Dia menyadari, jika dia harusnya mengikhlaskan, dia akan berusaha jika dia tidak akan menangis. Cukup dia kenang, doa, dan selesai.

Di kejauhan, sosok laki-laki paruh baya menatap ke arah Fajri dengan kerutan keningnya. Dia berusaha mengenali sosok orang di sana, dengan membawa taburan mawar di tangannya.

"Siapa dia?"

Ia membatin, dia pikir ... siapa menjenguk istrinya?

Setelah sekian detik berpikir, tangannya tiba-tiba terkepal kuat. Dia pun buru-buru mendatangi Fajri yang masih berada di sana.

"Kenapa kau kemari?!"

Fajri tersentak, dia seketika berkeringat dingin saat menyadari itu sosok yang dikenalnya. "P-pah?"

Raditya menatap Fajri tak habis pikir, menarik laki-laki itu hingga terhuyung ke belakang dan terjatuh. "Mau apa di makam istri saya?! Setelah kamu menghilang dan muncul di sini?! Puas kamu menghancurkan semuanya?!"

Fajri terdiam, dengan perasaan campur aduk. Ketakutan itu ada, bahkan tubuhnya sedikit bergetar tak karuan.

Plak!

Fajri memejamkan matanya saat Raditya menampar pipinya, dengan rasa panas yang menjalar.

"Kamu tau, kamu menghancurkan semuanya bahkan setelah kamu pergi! Gilang menjadi liar dan tidak mau menurut karena kebohongan mu itu!"

"Kau baik-baik saja sekarang! Gilang bilang koma dan psikis mu terganggu! Namun apa yang sekarang dilihat?! Kau bahkan lebih dari sekedar baik!"

Kata-kata itu tentu membuat Fajri bungkam, bohong jika dia tidak merasakan sakit karena ucapan Papahnya.

Namun, dia menatap Raditya datar. Bahkan, rasanya tidak pernah dia menatap Raditya seperti ini.

"Maaf, aku akan pergi. " Dia menentang tas hitamnya, kemudian melangkahkan kakinya pergi. Sementara Raditya, laki-laki itu terdiam, bahkan terdiam lama.

Berubah? Fajri berbeda, dia menyadarinya. Laki-laki itu selalu menatapnya teduh, dan sekarang berbeda. Dia menatap tangannya, tangannya yang sempat menampar putranya sendiri, hingga perasaan bersalah itu muncul.

"Berubah?"

Beralih ke kondisi Fajri, laki-laki itu sempat berhenti di depan area pemakaman dan berusaha bersikap normal.

"Ji, tenang. " Dia membatin sendiri. Setelah beberapa detik dia diam, kini dia melanjutkan langkahnya menuju ke arah laki-laki yang sedang membawa motor di sana.

"Ji, lo kenapa?" Dia adalah Ricky, dia sedikit aneh melihat Fajri yang tak seperti sebelumnya.

"Apanya? Gue nggak papa. " Fajri membalasnya, kemudian langsung saja naik di jok belakang motor Ricky.

"Yeh, Lo main nyosor aja. "

"Berisik Lo, cepetan. Gue mau tidur habis ini. "

"Iye iye. "

Berteduh [END]Where stories live. Discover now