53

2.1K 151 20
                                    

Morning gengs!

Hari libur pada ngapain? Gabut, baca yok.

Jangan lupa like and komen, udah ngetik panjang masa nggak ada dihargain

.
.
.

----~~~-------

Fajri menatap sebuah berita di handphonenya, dia menatap berita itu intens dengan perasaan yang campur aduk. Angin malam yang menjadi saksi kegelisahannya malam ini.

"P-papah?"

Dia baru mengetahui jika Raditya terlibat dalam suatu kasus pembunuhan di masa lalu, dan berita tersebut juga mengabarkan jika Raditya bukanlah pemimpin perusahaan Wijaya Crop lagi. Perusahaan yang sejak awal dirintis oleh Papahnya.

Mata Fajri memanas, Fajri juga tidak mungkin tidak memiliki hati nurani sedikitpun. Dia juga ikut merasakan keterpurukan Raditya di sana, dua masalah sekaligus bukanlah perkara mudah.

"Kek? Bagaimana?"

Seseorang yang baru Fajri hubungi, langsung saja mengangkat telponnya. Sudah dipastikan, jika orang di seberang sana adalah Alex. "Kamu sudah tau?"

Alex terdiam di seberang sana setelah menanyakan perihal itu, selama tiga hari ini dia menyembunyikannya, pada akhirnya berita ini tentu sampai pada Fajri, apalagi saat dia juga melihat berita negatif yang sudah mulai tersebar tentang Raditya.

"Iya, gimana di sana?" Fajri membalasnya. "P-papah baik kan?"

Alex menghembuskan nafasnya pelan di seberang sana. "Papah mu baik-baik saja, dia bahkan keluar dari penjara dari tiga hari yang lalu. Hanya beberapa yang harus diurus dan menuntaskannya beberapa hari ini. "

"Papah bebas?"

"Papah mu hanya bebas dari penjara, bukan dari kasusnya. Masih ada banyak tahap yang harus diselesaikan lebih dulu, sebelum Papah mu ditetapkan sebagai tersangka. "

"Kamu tidak perlu memikirkannya, Fajri. Fokus pada pemulihan kamu saja. "

Fajri terdiam sesaat. Dia tentu tau mengapa Alex mengatakan hal itu, Kakeknya sudah terlalu banyak berasumsi negatif tentang Papahnya, dan rasanya dia kurang menerima itu. Layaknya seorang anak, dia berhak mengkhawatirkan kondisi Papahnya bukan? Apalagi setelah berita itu sampai ke dirinya.

"Siapa melaporkan Papah? Kakek tau?" Dia bersuara. "Pembunuhan siapa? Papah nggak mungkin lakuin itu. "

Alex di seberang sana sempat diam seperkiraan detik, kemudian membalas di detik berikutnya, "Farhan, orang yang sempat menculik Gilang waktu itu. Dia melaporkan atas pembunuhan Ayahnya dulu. "

Fajri membungkam, hatinya mendesir kegelisahan. Mengingat bagaimana sekilas dia mendengar tentang masa lalu itu di mulut laki-laki itu sendiri, bahkan dia juga mendengar perlawanan Papahnya. Dan, Gilang pun juga berada di sana.

"Sudahlah Fajri, kamu jangan ikut memikirkannya. Cukup Kakek di sini, Kakek akan mengusahakan yang terbaik. Karena Kakek yakin, Papah mu tidak bersalah. " Dia membalasnya. "Sudah dulu ya? Ada yang harus Kakek bicarakan dengan pengacara Papah mu sekarang, kamu cukup doakan saja yang terbaik. "

Telpon tersebut langsung dimatikan secara sepihak dari seberang sana, Fajri meletakkan handphonenya dengan perasaan yang masih sama, campur aduk.

"Dalam situasi ini, kamu tidak bisa berbuat apa-apa Fajri. " Laki-laki itu menghela nafas kasar, dengan tangannya yang mulai mengacak pelan rambutnya.

Dia terdiam, terdiam cukup lama, dia ingat sesuatu tentang masalah di Perusahaan Papahnya. Di tengah keterdiamannya seseorang mengetuk pintu kamarnya.

Cek!

Berteduh [END]Where stories live. Discover now