Part 20 "Bertemu dia"

16K 884 76
                                    

Hello, selamat sore menjelang malam^^
Voment banyak-banyak ya, doain juga aku cepet sembuh karena belakangan aku jadi gampang bgt drop:(
Makasih dan selamat membaca♡

*****

Arvin sejak tadi terus memandangi hasil USG yang berada di tangannya, matanya berkaca-kaca tapi semua itu dia sembunyikan saat ada Felisa. Perasaannya seperti melayang, dia merasa sangat bahagia hingga tidak tahu bagaimana mengungkapkannya.

Tadi mereka ke rumah sakit untuk memeriksakan kehamilan Felisa, ternyata istrinya itu sudah mengandung sejak lima minggu yang lalu. Ternyata pusing dan mual belakangan ini yang dia rasakan adalah efek dari kehamilan istrinya, Felisa memang tidak merasakan morning sickness atau apapun, tapi sebagai gantinya semua itu dirasakan Arvin.

Felisa yang baru masuk kedalam kamar vila setelah berkutat makan ayam di dapur dibuat tersenyum saat melihat Arvin, pria dewasa itu tampak bahagia sekali sejak melihat rupa calon anaknya yang hanya berbentuk gumpalan kecil. Felisa juga demikian, bahkan tadi dia sempat menangis saat melihat wujud calon anaknya, entahlah intinya Felisa merasa sangat bahagia.

Wanita itu menghampiri Arvin dan memeluknya dari belakang, Arvin terkejut singkat kemudian mengelus kepala Felisa yang bertumpu di pundaknya. Tidak pernah terlintas bayangan di benaknya kalau dia akan menikahi anak kecil seperti Felisa, dan lihatlah sekarang dia malah akan memiliki anak kecil bersama anak kecil.

"Daripada lihatin foto babynya mending lihatin mamanya aja, mas." celetuk Felisa genit sambil mencubit pinggang Arvin.

Arvin terkekeh pelan, "Saya sudah bosan melihat kamu setiap hari." candanya yang berhasil membuat bibir Felisa mengerucut.

"Dasar orang tua nyebelin!" gerutu Felisa sembari melepas pelukannya pada Arvin.

Mood yang awalnya 100% kini anjlok menjadi 10%

"Marah?" jahil Arvin bertanya dengan wajah dibuat semenyebalkan mungkin.

"Gak tahu." sahut Felisa semakin kesal.

Wanita itu melirik Arvin dengan tatapan super sinis kemudian pergi menyingkir dari sana, memang sejak kapan dia mengharapkan orang dari zaman batu tua itu romantis, amat sangat mustahil. Felisa mengelus perutnya, merapal amit-amit agar anaknya tidak menuruni sifat kaku dan tidak peka milik ayahnya.

Gue nggak habis pikir, kok bisa ya gue naksir sama orang dari zaman paleolitikum kaya dia?

Mana nikah,

Udah mau punya anak juga, Ya Allah...

Melihat Felisa yang sibuk betkomat kamit, yang pasti wanita itu tengah mengumpat dalam hati membuat Arvin tidak bisa menahan senyumnya. Pria itu mendekati Felisa dan memasangkan sebuah kalung di leher jenjang istrinya, kalung berwarna rosegold dengan liontin permata pink itu tampak terpatri indah di leher Felisa.

"Terima kasih sudah ada di dunia, Felisa," ucap Arvin tulus, pria itu meraih wajah Felisa dan mengecup pipi istrinya sayang.

Entah bawang dari mana intinya Felisa menangis, perasaannya tiba-tiba tersentuh mendengar ucapan tulus suaminya. Wanita muda itu memejamkan mata saat Arvin melayangkan kecupan-kecupan kecil di wajahnya, terakhir pria itu mendaratkan ciumannya tepat di bibir merah muda Felisa.

Hanya sebuah kecupan yang lama, hanya itu yang bisa Arvin lakukan karena dia bukan tipikal orang yang mudah mengatakan bagaimana perasaannya, pria itu terlalu kaku hingga sangat sulit baginya mengungkapkan isi hati. Felisa paham, dibalik kecupan itu suaminya tengah mengucapkan banyak kalimat terima kasih dan syukurnya, dia tahu bagaimana Arvin karena memang sepanjang hidupnya selain orang tua hanya Arvin lah yang sudah seperti keluarganya.

AMOUR (Mr. Pradipta)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt