Part 16 "Mas Arvin kenapa, sih?"

17K 902 182
                                    

Selamat sore, aku sempatin up deh buat kalian hari ini. Karena besok aku mulai sekolah lagi, jadi mungkin bakal sibuk banget:(

Aku harap hari ini vote dan komennya banyak ya guys, Happy reading♡

*******

Pria berwajah tampan itu masuk ke kamar mereka dengan lesu, wajahnya tampak sedikit memerah dengan napas berat. Felisa yang melihat itu langsung menghampiri sang suami guna memastikan apa yang terjadi, telapak tangan wanita muda itu menyentuh kening suaminya yang ternyata bersuhu sangat tinggi.

"Mas, kamu sakit?" tanya Felisa memastikan.

"Pusing, saya lelah." jawab Arvin lesu.

"Sini tiduran, kamu pasti kecapekan karena banyak kerja. Makanya kalau kerja itu ingat waktu, mas. Udah ngedouble kerjaan, makan kalau nggak di ingatin suka lupa, vitamin nggak diminum kalau nggak di paksa, aku nggak mau tau pokoknya tiga hari kedepan kamu harus istirahat nggak boleh kemana-mana." cerocos Felisa mengomeli sang suami.

Arvin bukannya kesal karena diomeli justru malah tersenyum-senyum tidak jelas, menurutnya Felisa lucu sekali. Dia tahu istri kecilnya itu sedang khawatir padanya, makanya terus mengomeli dan mengungkit kesalahannya yang memang jarang mau meminum vitamin. Kalau dilihat-lihat istri kecilnya itu memang agak hobi mengomel saat dia kenapa-kenapa, tangannya tergores pun wanita itu akan mengomel sepanjang hari.

Yang jelas Arvin suka dengan perlakuan Felisa, menurutnya Felisa itu perempuan langka. Wanita itu tidak menutup-nutupi perasaannya dan selalu terbuka, selalu mengatakan apa yang ingin dikatakan, selalu jujur dengan apa yang dia rasakan. Tapi berbeda lagi jika sisi manjanya mulai terlihat, maka Arvin akan dibuat pusing menghadapinya.

"Tunggu sini ya, aku mau turun sebentar," pamit Felisa setelah melepas ikat pinggang Arvin.

Arvin mencekal tangan Felisa, "Saya tidak mau, kamu disini saja." tolaknya parau.

Felisa menghela napas kemudian naik ke atas ranjang, wanita muda itu memijit kepala suaminya dengan hati-hati. Dia menelfon pembantunya di bawah untuk menyiapkan bubur ayam dengan resep yang sudah dia simpan di lemari dapur, karena Arvin tidak mau ditinggal dia pun harus berakhir diatas ranjang bersama bayi tua itu.

"Masih pusing, mas?" tanya Felisa memastikan.

"Masih, kepala saya sakit..." jawab Arvin jujur.

Felisa mengangguk. "Buat tidur dulu gih, nanti aku bangunin buat minum obat," tutur wanita muda itu.

Arvin mengangguk, pria itu mencari posisi nyaman tapi tidak menemukannya. Pada akhirnya dia meminta Felisa agar ikut berbaring bersamanya, setelah itu dia langsung mendusal di leher istrinya mrncari kenyamanan. Tidak menunggu waktu lama dengkuran halus mulai keluar dari bibir Arvin, Felisa tersenyum tipis sambil mengusap kepala suaminya lembut.

Sakit aja baru manja-manja, coba sehat, mau manja-manja aja gengsinya selangit. Maki Felisa dalam hati.

Benak Felisa berputar-putar, tidak terasa pernikahannya dengan Arvin sudah memasuki bulan yang ketiga, dan Felisa sangat bersyukur karena Arvin sudah mulai mengurangi gengsinya sedikit demi sedikit. Tapi yang felisa sayangkan adalah gaya berbahasa suaminya yang masih formal, bahkan menyebut dirinya sendiri juga masih menggunakan kata "saya" yang merusak telinga Felisa.

Beberapa saat kemudian pintu kamar diketuk, perlahan-lahan Felisa melepas pelukan Arvin dan turun dari ranjang, dia membuka pintu kamar hati-hati dan langsung menerima bubur serta obat dari pembantunya.

"Makasih ya, bi. Nanti kalau ada sekretaris mas Arvin datang buat ngantar berkas, minta aja berkasnya dan suruh ngomong lewat email. Bilang juga kalau mas Arvin lagi sakit." pesan Felisa pada bi Arum.

AMOUR (Mr. Pradipta)Where stories live. Discover now