"Aku menyukai hasil yang kau lakukan pada gaun Fuuka. Makanya, aku berniat memintamu melakukannya juga untukku."

"Tak masalah. Memangnya, untuk acara apa?"

"Untuk acara pernikahan temanku. Kami sudah menentukan konsep untuk gaunnya nanti, tapi, aku tidak ingin terlihat begitu mirip dengan mereka. Jadi, saat mereka menyarankan agar membuat di tempat yang sama, aku putuskan ke sini dan datang padamu."

Bolehkah Hinata anggap ini pujian? Ia merasa cukup tersanjung.

"Baiklah. Aku mengerti. Kapan acaranya akan diadakan?"

"Hmm ... di awal bulan depan. Masih ada cukup banyak waktu. Aku sengaja datang cepat agar kau tak perlu tergesa-gesa membuatnya."

Hinata mengangguk mengerti. "Jadi, kau ingin melakukan pengukuran untuk gaunnya sekarang juga?"

"Tentu. Jika kau berkenan dan tak disibukkan dengan hal lain."

Hinata tersenyum. Ia bangkit dan menggiring Sasame agar mengikuti langkahnya memasuki satu ruangan.

Kegiatan mereka berlangsung tenang dan tak terusik oleh gangguan. Pembicaraan kecil ikut berlangsung sebagai pengisi detik agar tak terasa begitu hampa.

Terus berlanjut. Sampai pada momen di mana sesuatu yang diam tergantung pada sebuah manekin di sudut ruangan -- mengambil alih atensi Sasame; itu adalah gaun yang Suran buat dan pernah Hinata kenakan, namun belum mencapai penyelesaian yang sempurna.

"Gaun pernikahan itu cantik sekali."

Mendengar komentar Sasame dengan nada yang diisi kekaguman, Hinata menolehkan wajah.

"Itu gaun yang sahabatku buat."

"Benarkah? Apa dia menjualnya?"

"Dia hanya membuatnya untuk kegiatan mengisi waktu dan mengasah kemampuan. Tidak berpikir untuk menjualnya."

"Sayang sekali. Padahal, gaun itu pasti akan sangat indah ketika digunakan pada hari pernikahan seseorang."

Hinata mengumbar senyuman tipis. "Dia mungkin hanya ingin menjadikannya hiasan di butik untuk menarik pengunjung."

"Siapa yang membuatnya? Mungkin aku bisa melakukan penawaran." Sasame tertawa ringan. "Aku berharap bisa mengenakannya saat menikah nanti."

Sedetik kemudian, gerakan Hinata sempat terhenti dari pekerjaan. Diam-diam, ia pandangi refleksi wajah Sasame yang tengah memandangi gaun -- terlihat pada sebuah cermin di sisi dinding.

Menyadari belum adanya tanggapan sama sekali, tak disangka, Sasame ikut memandang pada cermin serupa dan membuat tatapan mereka bertemu.

Gelagapan tipis, Hinata memalingkan wajah dan kembali coba menyibukkan diri.

"Hinata, ..."

Hingga panggilan terjadi, dan Hinata memandang ke arah sebelumnya -- pada cermin, dan mereka kembali saling melihat.

"... apa menurutmu, aku dan Naruto terlihat cocok?"

Hinata tertegun.

Hanya sederet harap dan penasaran dari Sasame, namun, serimbun ragu dan tanya bagi Hinata; apa yang harus ia katakan?

"Hinata?"

"Cocok atau tidaknya, mungkin tak hanya dinilai dari apa yang terlihat dan seberapa lama sebuah ikatan terjadi. Namun, bagaimana menjalin hubungan, membuatnya menjadi baik dan terasa tak timpang hingga tidak berat sebelah, kurasa, ... itu yang harus dijadikan beberapa alasan utamanya."

Sasame terdiam untuk beberapa detik. Ia tetap setia menatapi Hinata, lalu mengukirkan senyum.

"Benar. Hubungan yang berat sebelah hanya akan membuat lelah, bukan?"

With You: A Faux Pas? [ NaruHina ] ✔Where stories live. Discover now