06✔

219 226 166
                                    

Hewlloow..... Gala kembali lagi, walaupun nggak ada yang peduli...

Absen dulu dong pake emot kesukaannya👉

Oke, nggak perlu banyak gaya lagi karna aku bukan fisika yang banyak gaya nya, happy reading guys...

.
.
.
.
.

Katanya dunia itu adil, tapi kenapa aku selalu menangis ketika melihat seorang anak tertawa bersama kedua orangtuanya?__Aluna Langit Rinjani
.
.
.
.
.

🌴🌴🌴🌴🌴

Ternyata mengurung diri di kamar seharian bersama soal mengerikan dari pak Agus tidak menghasilkan apa pun. Gue masih belum bisa memecahkan soal itu, gue akui kalau gue memang payah dalam hal yang berkaitan dengan matematika.

Kayaknya gue butuh bantuan seseorang buat ngerjainnya, deh.

Gue keluar dari kamar berniat mencari udara segar untuk memperbaiki kembali otak gue yang rasanya udah mau pecah kayak balon.
Bersantai di ruang keluarga sambil menonton dan memakan cemilan sepertinya adalah pilihan yang bagus.

Ketika gue sampai di ruang keluarga, gue melihat ada bunda dan juga Khayala-adek gue yang paling sok tahu dan hobinya adalah mencari perhatian bunda.

Gue yakin kalau kegiatan belajarnya sekarang ini cuma untuk pamer ke gue dan juga untuk mencari perhatian bunda. Pasti ujung-ujungnya minta uang jajan tambahan dari bunda. Dasar licik!

"loh? Bunda kira kamu lagi main sama teman-teman kamu yang berandalan itu. Biasanya kamu kan nggak betah kalau weekand ada di rumah."

Hahhh, kayaknya gue harus tarik kata-kata gue barusan, deh. Karena keputusan gue buat ke sini adalah kesalan yang sangat besar! Bukannya nyegarin pikiran, malah nambah beban pikiran.

"harusnya kamu itu niru adikmu. Jarang main keluar, kerjanya belajar di rumah. Makanya dia itu pintar, nggak kayak kamu!"

Gue mencoba buat mencari posisi duduk senyaman mungkin dan nggak lupa juga gue mengambil setoples kripik di atas meja, karena sesi ceramahnya bunda akan dimulai sebentar lagi.

"lagian bunda itu heran banget sama kamu, kok bisa-bisanya adik kamu lebih pintar dibandingkan kamu? Kamu itu kan kakaknya harusnya kamu dong yang harus lebih baik dari adik kamu."

Yahh, siapa siapa sih manusia di dunia ini yang mau dilahirkan jadi orang bodoh? Nggak ada kan? Di kira gue mau apa ya? Lagian nasib itu gak bisa di request kali bun.

"ini semua pasti karena teman-temanmu yang bandel dan urakan itu, makanya kamu jadi ikut-ikutan bodoh kayak mereka. Emangnya kamu nggak malu kalau peringkat kamu di bawah adikmu terus?"

Gue cuma angguk-anggukin kepala aja sambil tetap makan keripik yang ada di dalam toples. Eh, tapi gue baru sadar, ini rasa keripiknya kok beda dari yang biasanya dibeli ya? Kenapa rasanya enak banget sih, kira-kira bunda belinya di mana ya?

"kalian itu saudara, tapi kenapa tingkah kalian nggak ada mirip-miripnya sama sekali? Kenapa yang mirip itu cuma wajah kalian doang, sih? Harusnya otak kamu kan juga sepintar Ayala!"

"pokonya bunda nggak mau tau, kamu harus bisa peringkat satu! Jangan sampai bunda dengar kamu bermasalah dan masuk ruang bk lagi di sana! Asal kamu tahu ya, bunda itu malu sama teman-teman bunda karna punya anak bodoh kayak kamu!"

Bun, nggak mau tarik napas dulu gitu? Eww, ludahnya bunda muncrat sampai sini tau!

Yahh, ludahnya jadi kena ke kripik gue deh! Ah, bunda mah kalau ngomong kayak sapi, ludahnya kemana-mana. Gue kan jadi nggak selera lagi makannya!

Harus Putus! [ Hiatus ]Where stories live. Discover now