🦅 ZAYYAN - BAGIAN TIGA PULUH SATU

Start from the beginning
                                    

"Cius?" 

"Iya." 

"Miapah?"'

"Lama-lama gue rujak lo lama-lama!" Kesabaran Angkasa setipis tissue, cowok tersebut mengelus dada sabar. 

"Hehehehe.. bercanda doang, gue pesen sate ayam ya!" 

"Nggak sekalian Martabak juga?" 

"Banyak sih, pengen sate ayam, kebab, martabak, cilor, cilok, pisang pasir, sama seblak udah segitu aja." 

Angkasa merasa speacless mendengar banyak makanan yang di pesan. Itu Cilla mau makan apa mau parasmanan? Banyak bener.

"Udah segitu doang?" 

"Udah, itu aja." Sahutnya.  

"Oke, gue beliin."'

"Pengen ikut!" Rengeknya manja. 

Angkasa menghela napas, "Gue jemput, tungguin ya." 

"Makasih Angkasayang!!!" Serunya senang. 

•••

Usai berbagai macam drama dalam mobil, akhirnya mereka berdua sampai di tempat tujuan. Salah satunya di kedai martabak mang umai yang terkenal dan terjamin enak. 

Angkasa dan Cilla jalan beriringan menuju kedai sesuai keinginan Cilla satu jam yang lalu. Banyak pasang mata memperhatikan mereka, karena keduanya memiliki visual yang bisa bikin orang lain terkagum-kagum. 

Angkasa menautkan jemarinya di jemari Cilla. Sontak, sentuhan tangan Angkasa membuat cewek tersebut merasakan desiran hebat dalam tubuhnya, rasanya ingin menjerit-jerit, tetapi ia sadar sekarang lagi dimana, bisa di cap gila sama orang.

"Mau rasa coklat susu atau rasa ketan susu?" Tanya Angkasa menoleh. "Bebas pilih mau nya yang mana, terserah lo aja, kan gue yang traktir!" Lanjut Angkasa seraya menunjukan senyuman manisnya. 

Cilla mengernyitkan dahi. Melirik daftar menu di hadapannya. 

"Ini aja, Martabak coklat keju sama Martabak Telor juga ya, lo suka nggak?" 

Angkasa mengangguk, telunjuk cewek itu berhenti di tulisan martabak keinginannya. Harganya memang pas di kantong kosan, terlebih lagi lebih enak makan sambil ditemani ayang lebih seru. Nasib jomblo dari lahir, Cilla pengin makan bareng Angkasa sekalian ngerjain cowok itu biar makan semua. Rasakan!

"Udah itu aja?" Angkasa menyakinkan. Cilla mengangguk sebagai jawaban iya.

Angkasa lantas memesan martabak, setelahnya mereka menunggu di salah satu kursi kayu yang menghadap jalanan. Angin malam kota bandung berembus menerpa kulit Cilla, berkali-kali Cilla megusap-usap kedua sisi tubuhnya menggigil tiba-tiba. Angkasa mengernyit bingung, detik itupun juga ia baru sadar, cewek itu memakai pakaian kaos dibalut jaket tipis. Pantas saja dingin. 

Cowok tersebut menggeleng kepalanya. padahal waktu sudah makin malam, Cilla sering ceroboh. Angkasa berdiri, membuka jaket kulit tebalnya lalu disampirkan pada kedua bahu Cilla. 

Cilla menoleh terkejut, "Eh?" 

"Lain kali pake pakaian tebal kalau mau kemana-mana, dingin kan jadinya?" Omel cowok itu. "Udah hangat kah?" Tanyanya.

Cilla mengangguk, "Iya, Makasih jaketnya nanti gue kasih lagi ke lo!" Jujur, ia senang bukan main perlakuan Angkasa padanya di luar dugaan. Ternyata Angkasa sepeka itu.

"Nggak usah. Gue kasih ke lo aja, anggap aja itu hadiah dari gue. Sebenarnya gue nawarin tadi, inisiatif gue sendiri, gue kepikiran lo keknya belum makan." 

Sumpah, Cilla tidak bisa berkata apa-apa lagi sekarang. Lidahnya rasanya kelu, merinding tuturan Angkasa. Apa sebelumnya cowok itu memang begini kesetiap cewek, tidak mungkin bisa selancar itu kalau ngomong.

ZAYYAN HARQUEL [END] ✓ SUDAH DI TERBITKANWhere stories live. Discover now