5.8 | Usaha Penyelamatan

Start from the beginning
                                    

Raja kewalahan, tenaganya mulai terkuas melawan mereka.

BUGH!

Satu pukulan di belakang kepalanya membuat Raja tumbang, laki-laki itu terjatuh memegangi belakang kepalanya yang terasa ngilu.

"LARI RAAA! LARIII!" ia berteriak sekuat tenaganya.

Mendengar teriakan Raja, Rora segera keluar dan berlari. Meski dengan air mata yang terus menerus menetes, bahkan ia tak tau akan kemana.

"Aaaaaa! Lepas! Lepasinnnn!"

Rora menjerit ketika rambutnya ditarik dari belakang, air matanya semakin deras merasakan sakit di akar rambutnya. "Lepasin! Lepasin!" dia berusaha memberontak.

Nihil, tenaganya tidak akan mampu melawan badan kokoh itu.

Bugh

Tubuhnya didorong kasar masuk ke dalam mobil. Rora pasrah, dia hanya bisa berdoa Tuhan bisa membantunya kabur.

Tangisan Rora tak jua berhenti, air matanya terus mengalir meratapi nasibnya yang sial hari ini.

Selang beberapa saat, Rora dipaksa turun dari mobil. Dia berada di depan bangunan rumah tua yang begitu sepi.

Bugh!

Rora mencari kesempatan untuk lari, dia memukul orang yang tengah memegangi lengannya.

"Arghhh!"

Rora kembali menjerit, ketika tubuhnya terjatuh dan tanpa basa-basi ia diseret dengan menarik rambutnya.

Air mata Rora terus menetes, dia berusaha melepas genggaman tangan orang yang menarik rambutnya.

Dalam hati Rora menjerit kesakitan, sungguh dia tidak pernah membayangkan akan diperlakukan seperti ini.

PLAK

Tubuh Rora melemas, ketika pipinya ditampar dengan sangat keras. Setelahnya, Rora tak tau apa yang terjadi.

.
.
.

Rora perlahan membuka matanya, menyadari jika tubuhnya kini tengah terikat di sebuah kursi. Rora melihat ke sekelilingnya, sepi tidak ada siapapun. Dia berusaha mengingat kejadian beberapa saat yang lalu, saat dimana Raja tiba-tiba datang dan memaksanya ikut bersama cowok itu.

Tes

Air mata Rora menetes, terlintas kejadian tadi ia diseret bak binatang. "Dad... Tolong Rora.." lirih gadis itu.

Keadannya sudah acak-acak'kan, rambut yang semula tergerai rapih kini tak lagi apik. Baju yang semula bersih, kini banyak noda bahkan darahnya sendiri.

Dia tidak ingin menangis, namun air matanya dengan sendirinya turun membasahi pipi. Rora pasrah, tidak ada yang bisa menolongnya sekarang.

Ponsel miliknya terjatuh, ayahnya tidak bisa melacak keberadaannya.

Tap

Tap

Suara langkah kaki membuat Rora gemetar ketakutan, dia memandang takut ke arah pintu. Rupanya sosok yang pernah ia lihat dulu, muncul dari sana.

Tersenyum bak kesenangan melihat kini Rora lemah tak berdaya.

"Sudah bangun anak manis?"

TANZIRAWhere stories live. Discover now