3.9 | Masa Lalu

5.8K 704 105
                                    

HAPPY READING!!!

JANGAN LUPA SPAM KOMEN

*****

"SINTIA STOPPP!"

Luby menghentikan Sintia yang hendak berbicara. Kedatangannya cukup membuat seisi kantin tertuju pada dirinya, apalagi Inggit yang langsung pasang badan di depan Rora.

Dia langsung hendak menarik Sintia menjauh dari kantin, namun Inggit berhasil mencekal pergelangan tangan cewek itu. "Lo dalangnya 'kan?!" semprot Inggit dengan nada tak santai.

"Maksud lo apa?!" bantah Luby tak terima.

Inggit maju selangkah, mendorong bahu Luby dengan sengaja. "Nggak usah sok polos! Lo pikir gue nggak tau hah?!"

"Maksud lo apa, Inggit?!" bentak Luby lagi.

"Lo yang suruh Tika bully Rora 'kan? Lo yang rencanain semua ini! Lo nggak usah sok polos!"

Luby terdiam, dia menengok ke arah kanan dan kirinya. Semua orang mulai membisikkan sesuatu tentangnya, "Enggak! Gu---"

"Lo jahat, Luby!" Inggit mendorong gadis itu hingga terjatuh.

Rora yang melihat itu menutup mulutnya, kemudian langsung berusaha membantu Luby supaya bangkit kembali. Biar bagaimana pun, dia tidak tega melihat gadis itu seperti ini. "Ayo gue bantu..." tawar Rora seraya berusaha menggapai lengan Luby.

Bukannya menerima, Luby justru menepis kasar bantuan dari Rora. "Jangan sentuh gue!" sentaknya.

Inggit menarik Rora kembali ke dekatnya, menyuruh gadis itu untuk tetap di belakangnya bersama Ghea. "Lo tuh nggak tau diri! Pantes aja Tanzil lebih milih Rora!" bentak Inggit.

Luby semakin kalang kabut, di satu sisi ia malu menjadi tontonan siswa/i. Tapi ia juga marah, serasa ingin membalas semua perlakuan buruk yang dia dapatkan.

"Lo cuma bisa sembunyi di belakang temen lo, Ra! Lo lemah!"

"Kenapa? Lo iri?! Oh iya, lo 'kan nggak punya temen hahaha!" Inggit membalas dengan tawa mengejek.

Tangan Luby mengepal, "Urusan gue bukan sama lo!" teriaknya pada Inggit, "Gue salah apa sama lo, By?" Rora bersuara.

Tawa kecil Luby hadir, dia menatap Rora benar-benar penuh kebencian. "Salah lo apa?" tanyanya dengan nada mengejek.

"Banyak, Ra! Lo udah rebut satu-satunya kebahagiaan gue!" sambungnya penuh emosi.

Mata Luby sudah memerah, sangat kentara menahan tangis. Pun Rora yang semakin kebingungan dengan keadaan saat ini, kenapa sangat runyam?

"Lo rebut Jio dari gue!" teriak Luby lebih keras.

Bersamaan dengan air mata gadis itu yang mulai membasahi pipinya. "Gue nggak pernah rebut dia dari lo!" jawab Rora membela diri.

"Nggak pernah? Nggak pernah lo bilang?! Lo emang nggak pernah sadar akan kesalahan lo!" emosi Luby semakin memuncak.

Rora memejamkan matanya ketika tangan Luby mengayun hendak menamparnya, "Tanzil?" kaget Rora ketika seseorang berdiri di depannya seraya menahan tangan Luby.

TANZIRAWhere stories live. Discover now