2.1 | Awal Baru

8.8K 1.1K 1K
                                    

Happy reading♥♥

Jangan lupa vote dan coment dulu, and bantu koreksi kalo ada typo!

***

Rora berdiri dengan kepala menunduk, tangannya memainkan ujung bajunya. Ia tidak berani menegakkan kepalanya, sama sekali tidak berani.

"Tatap Daddy."

Kepala Rora menggeleng lemah. "Nggak mau, muka Daddy lagi serem. Rora takut." cicit perempuan itu.

Altas menghembuskan nafasnya panjang, ia mengalah dan akhirnya mendekat pada sang putri. Ia memeluk putri semata wayangnya itu,  yang langsung di balas oleh Rora.

"RORA KANGENNNNN!" Rora berteriak tepat di sebelah telinga Altas. "Daddy juga kangen kamu." balas Altas seadanya.

Dari nada bicara Altas saja Rora bisa tau jika Altas sedang dalam wujud sebenarnya, beraura seram dan seolah mengintimidasi. Namun Rora akan tetap berusaha untuk membuat pria itu kembali hangat. "Dad..."

"Hm?"

"Daddy marah sama Rora?"

Kepala Altas menggeleng sebagai jawaban, namun enggan untuk berbicara. "Kok beda sama Rora? Rora udah bukan kesayangan Daddy lagi?"

"Masih, dan akan tetap begitu sampai kapanpun." kali ini nada bicara Altas lebih hangat, dan itulah yang Rora harapkan.

Rora mencoba memberanikan diri untuk melihat ke sorot mata Altas. "Dad.. Daddy jangan macem-macem ya? Rora mohon.."

Altas hanya mengangguk tanpa jawaban, sudah tau kan jika ia tidak akan bisa menolak permintaan anak kesayangannya itu.

Sebagai informasi, Altas baru satu jam yang lalu tiba di tanah air. Ia langsung menuju apartemen milik Raja karna ia mengetahui Rora berada disana. Anak gadisnya membutuhkan dirinya dan ia harus ada di samping gadis itu. "Ada yang Rora inginkan?" tanya Altas lembut.

"Nggak ada, Rora mau pulang aja Dad."

Mendengar itu Altas menganggukan kepalanya, ia menatap Raja dan sedikit menunduk. Raja segera bangkit dari duduknya dan mempersilahkan Altas dan Rora. Ia mengantar ayah dan anak itu sampai di depan pintu apartemen miliknya.

***

"Serius? Gue bener-bener minta maaf, gue janji bakalan kasih anak gue pengertian yang lebih lagi Al."

Altas tertawa remeh, ia menyilangkan tangannya di depan dada. "Lagi? Tam, gue udah kasih berapa kali kesempatan hah?!" volume suaranya naik satu oktaf.

Tama menggeleng, ia memijit pelipisnya yang begitu tersa pusing. "Nggak ada yang perlu di bicarakan lagi, permisi." ujar Altas kemudian meninggalkan ruangan Tama.

Selepas kepergian Altas, Tama langsung berjalan cepat keluar dari ruangannya. Ia tidak memedulikan sapaan para karyawannya, semua ia acuhkan.

"Woi Tam, gue mau ba---"

Vino yang baru saja datang, menggantungkan ucapannya. Saat tama mengangkat tangannya dang memberi Vino isyarat untuk diam. "Wah, ada yang nggak beres nih." ia mengikuti Tama dari belakang, dan mengendarai mobilnya cepat.

TANZIRAWhere stories live. Discover now