1.4 | Rora Nggak Mau Ditinggal

8.6K 1K 192
                                    

Maaf ya sebelumnya kalo aku update nda tentu, bisa cepet dan bisa lambat kek siput hehe.

Ada banyak hal di rl yang nyita waktu, tenaga dan pikiran juga tentunya.

Tapi, ini aku usahain buat up. So...

Happy reading devz!

***

"Ini olahraga jadi nggak sih?"

"Agaknya gurunya tidur deh."

Inggit tak henti-hentinya berbicara, menanyakan ini dan itu pada Rora dan juga Ghea. Mereka udah kayak ikan asin lagi dikeringin, di tengah-tengah lapangan nunggu guru olahraga datang.

Rora mengelus kerongkongannya, haus sekali padahal dia belum ngapa-ngapain. Huh, lagian hari ini juga panas pake banget nget nget. "Haus euyyy," keluhnya.

"Neraka bocor apa begimana sih woi?! Panas banget."

"Langit, bisakah kau turunkan hujan dengan pet---"

"PANAS WOI PANAS! SIMULASI DI NERAKA NIH!"

Tak jauh bedanya dari Inggit, siswa lain pun sama. Berceloteh sana sini, berisik tanpa takut di tegur oleh guru.

"Ini gurunya kemana sih?! Mau makan gaji buta?"

"PAK UCUP MAKAN GAJI BUTA!"

"PECAT DIA PECAT!"

Rora memijit pelipisnya, kenapa semua teman-temannya tidak ada yang normal? Gendang telinga Rora mau pecah rasanya.

"Nggit, suruh diem." rengeknya pada Inggit,  "Tutup kuping aja Ra, asik tau liat mereka koar-koar." sahut Ghea terkekeh.

Kepala Rora menggeleng dengan bibir yang dimanyunkan. "Gue nggak nyaman, Nona muda Aurora Derandra butuh ketenangan." canda Rora dengan wajah serius.

"USIR PAK UCUP DARI SE---"

"DIEM!"

Inggit memotong ucapan temannya, memelotot tajam ke arah mereka. Jarinya ia tempelkan pada bibir, "Lo semua nggak mau di keluarin dari sekolah gara-gara buat anak kesayangan Keluarga Derandra nggak nyaman kan?" ancamnya dengan wajah kelewat serius.

Hampir saja tawa Rora meledak, jika saja Ghea tidak menginjak kakinya. Kini wajah Rora justru meringis. "AAAA GHEAAAA! SAKIT HUAAAA!" teriaknya kencang.

Mendengar teriakan Rora yang begitu histeris, Inggit menoleh dengan segera. "Ra? Lo kenapa?" tanyanya khawatir. "Ka---ki gue di injek Ghea huaaa." Rora mengadu dengan wajah sendu.

Ghea menyengir kuda. "Hehe, nggak sengaja. Maaf ya cantik..."

Rora memanyunkan bibirnya, "Beliin donat, sebagai tanda permintaan maaf."

"Donat lagi donat lagi, lo entar jadi donat baru tau rasa lo." ucap Ghea.

Rora menjulurkan lidahnya meledek, lalu berlari ke arah tepi lapangan untuk berteduh dari panas matahari. Dari kejauhan ia melihat Tanzil yang tengah berjalan bersama Luby, —ah mengapa selalu perempuan itu. Menyebalkan.

"Tanzil tuh, Ra. Nggak disampein."

"Males ah Nggit, ada Luby. Nggak suka."

"Tuh cewek nempel mulu yah sama Tanzil?"

TANZIRAWhere stories live. Discover now