3.8 | Belum Selesai

5.6K 710 144
                                    

HAPPY READING!

*****

"Tanzil... Jangan bilang apapun ke Daddy.."

"Rora mohon.."

Tanzil diam tak membalas ucapan gadisnya. Setelah beberapa saat, Rora kini sadar dan tengah berada di rumah sakit. Untung saja lelaki itu cepat membawa Rora kesini, dan untung saja kepala Rora tak begitu keras saat membentur tembok.

Sejak tadi Tanzil tidak berbicara apapun, rasanya ia ingin mendatangi Tika dan membunuh perempuan itu detik itu juga. "Ini udah keterlaluan, Ra." tegasnya.

"Setidaknya biarin gue yang balas." sambung cowok itu.

Rora diam sejenak, "Tapi nanti kasihan Tika bisa di keluarin dari sekolah.." cicitnya lirih.

"Resiko."

Jemari tangan Rora mengelus punggung tangan Tanzil, "Rora baik-baik aja.." ucap gadis itu berusaha menenangkan.

Tanzil menghembuskan nafasnya panjang, ia mendekatkan kepalanya pada Rora dan menatap gadis itu intens. "Gue khawatir.."

Senyum Rora terbit, tangannya terulur mengelus rahang Tanzil lembut. "Rora baik-baik aja, percaya sama Rora ya?"

"Rora mau pulang, kalau sampai Daddy tau Rora disini bisa gawat." sambungnya.

Ceklek

Suara pintu yang di akses masuk membuat Tanzil dan Rora sama-sama melihat ke arah pintu. Boy, Gahar, Varez, Ghea, dan juga Inggit masuk dengan raut wajah panik.

"Kenapa?" tanya Tanzil bingung.

"Di-- di luar, ada.." jawab Gahar tak jelas.

Tanzil berdecak kesal, "Ada siapa?" tanyanya mulai penasaran.

"Om Altas."

Mata Rora membola, ayahnya? Ayahnya datang? Tau darimana?

"Biar gue yang keluar," ujar Tanzil seraya bangkit.

Tanzil keluar dari ruang tempat Rora beristirahat,  kemudian menutup lagi pintu itu. Di samping pintu, Altas berdiri tegap dengan kedua tangan yang ia masukkan ke saku celananya.

"Siang, Uncle." sapa Tanzil seraya menyalami tangan pria itu.

"Bagaimana keadaan puteri saya?"

Suara Altas terdengar begitu dingin, tak ada nada ramah seperti yang biasa pria itu tunjukkan jika bersama anak-anak sahabatnya itu.

"Baik, Uncle."

"Ada yang ingin kamu cerita 'kan Tuan Bagaskara muda?"

Tanzil mengangguk sebagai respon untuk pertanyaan Altas. Dengan men-detail dia menceritakan runtutan kejadian yang menimpa Rora. Bisa Tanzil rasakan Altas yang mulai menahan emosinya, dia yakin pria itu akan melakukan hal besar setelah ini.

Altas tak bereaksi apapun, hanya diam mendengarkan cerita Tanzil dengan seksama.

"Maaf, Uncle. Saya gagal menjaga Rora."

"Baguslah jika kamu sadar." singkat Altas berlalu masuk ke dalam ruangan puterinya.

Wajah yang semula datar berubah ceria, menampilkan senyum begitu manis kepada sang  puteri kesayangannya. "Daddy..." cicit Rora takut.

Altas mendekat ke arah Rora, mengelus surai gadis itu. "Kejadian apa yang Daddy lewatkan?"

Rora menggeleng lemah. "Tidak ada."

TANZIRAOnde as histórias ganham vida. Descobre agora