17

1.1K 190 12
                                    

Segaris resleting berhasil Hinata tarik untuk menutupi bagian punggung yang terbuka beberapa saat lalu dan membungkusnya dengan lingkaran kain bermandikan manik sederhana namun elegan.

Ujung gaun panjang menari lembut saat Hinata meminta pribadi tersebut berputar menghadap pada permukaan kaca.

Senyum manis ikut terpatri tenang ketika melihat ekspresi sumringah yang terpancar dari wajah senang si calon pengantin.

"Aku suka yang ini. Indah sekali," bibirnya mengumbar pujian.

"Calon suamimu juga akan berpendapat serupa."

Hinata mendapati rona tipis hadir di pipi sang wanita.

"Apa kau yakin dia akan suka?" suaranya terkesan bergetar, tetapi, Hinata coba memaklumi.

"Aku yakin, dia akan memuji betapa cantik calon pengantinnya ini."

Sembari menggiring si wanita agar berjalan pelan, Hinata tersenyum. Tak perlu waktu lama baginya menggeser tirai agar mereka dapat menampakkan diri di hadapan orang yang sudah menunggu.

Dua pasang mata terangkat bersamaan. Seolah tak menyangka, Sasori sempat terpaku dengan pemandangan yang ia terima.

"Bagaimana? Cantik, bukan?" Dengan percaya diri, Suran melipat tangan di depan dada. Hinata memang ahlinya menyesuaikan gaun mana yang paling cocok dengan seseorang.

"Ya, cantik sekali," Sasori mengucapkannya serupa gumaman.

"Baiklah. Berarti kalian sudah menentukan pilihan?" Suran melihat secara bergantian untuk mendapatkan kepastian.

"Menurutku, ini sudah sangat bagus. Sepertinya, tak perlu lagi mencari yang lain."

Suran mengangguk mengerti. Ia giring Sasori agar pergi bersama, dan Hinata mengajak si wanita agar ikut dengannya.

Pada ruang ganti, Saara tersenyum bahagia dan mengucapkan terima kasih pada Hinata.

"Terima kasih karena sudah membantuku memilih gaun ini."

Dengan terlepasnya mahkota di kepala Saara, Hinata mengangguk. "Aku senang bisa membantu."

"Aku menjadi tak sabar dengan tanggapan orang-orang ketika melihatku dengan gaun ini saat di altar."

"Mereka akan terpukau melihat betapa cantik dirimu." Hinata puas ketika menurunkan rambut panjang Saara yang dapat terurai ke punggung. "Selamat atas pernikahanmu nanti."

Senyum bahagia tak lepas dari wajah Saara. "Iya, terima kasih."

.

.

Ketika malam telah mengambil alih, Hinata selesai dengan jahitan pada area lengan gaun yang menjadi pekerjaan pegangannya.

Ia sempat terkejut dengan Suran yang hadir bersama sekotak besar bawaan dan diletakkan pada meja.

"Apa itu?"

Dengan gerutuhan karena tak kunjung berhasil melepas segel kardus, Suran melirik pada Hinata. "Pesanan kain. Ini untuk persiapan beberapa buah pakaian."

"Sudah ada pesanan lain?"

"Tidak. Hanya kebetulan toko tempatku membeli kain memberi diskon. Sebelum harganya naik lagi, lebih baik aku segera membelinya."

Hinata mengangguk paham.

Jam masih menunjukkan pukul tujuh, tak heran jika sekitaran mereka masih cukup ramai oleh beberapa karyawan dan pengunjung.

"Beberapa hari ini, ada cukup banyak pengunjung yang datang."

Tanpa menoleh, Suran membalas. "Dan, kau tahu apa artinya itu?"

With You: A Faux Pas? [ NaruHina ] ✔Where stories live. Discover now