"Pergaulan bagaimana? Sabil cuma punya satu teman rasa musuh dan itu hanya Batu seorang," bantah Sabila. Batu yang dia maksud adalah Rayyan-adiknya Elvano.

"Bukan, tapi sama Zafi Kia, ya, pantes kayak bocil," ejek Zayden.

"His!" dengus Sabila. Detik berikutnya ia tersenyum ke arah Zaina.

"Kamu beneran istri kak Zayden?" tanya Sabila.

"Iya, hehe," jawab Zaina. Gadis itu memang sedikit sulit beradaptasi dengan orang baru. Untuk itu ia bingung harus merespon bagaimana.

"Cantik banget, untung istrinya kak Zayden," ujar Sabila menatap kagum ke arah Zaina. "Vibesnya mirip Kak Alara," sambungnya.

"Maksudnya?" tanya Zayden.

"Kalo misal jadi istrinya Bang Ekidok, kan, kasian Zaina-nya," jelas Sabila.

"Ya--"

"SABILA!"

"IYA, MA?"

"MAMA MINTA TOLONG, AYO PULANG DULU!"

Sabila berdecak kesal.

"IYA, BU DOKTER!" balas gadis itu berteriak. Mamanya adalah seorang dokter gigi, maka dari itu ia sering menyebut mamanya Bu Dokter.

"Lain kali kita ngobrol lagi, ya... Sabil pulang dulu." Tanpa aba-aba gadis itu pergi meninggalkan Zaina yang bingung.

"Dia calon tetangga kita juga." Zayden menjelaskan. "Dia juga termasuk baru pindah ke perumahan ini, jadi cuma dua rumah ini yang bisa kita sebut tetangga," lanjut Zayden.

"Nggak boleh gitu," peringat Zaina. Zayden hanya membalas dengan kekehan.

Zayden kembali memencet bel. Tidak berselang lama pintu rumah itu terbuka dan menampilkan Alara yang terlihat kaget.

"Masyaallah, ada Zaina unyu-unyu!" seru Alara berbinar.

"Kak Alara," balas Zaina tak kalah berantusias. Dua perempuan itu saling berpelukan. Zayden hanya tersenyum melihatnya.

"SAYANG!"

"ADA SIAPA?" Suara Elvano terdengar semakin mendekat. Tak lama kemudian laki-laki itu muncul dari belakang Alara.

"Loh, ada tamu spesial," ujar Elvano. "Ayo silakan masuk," lanjutnya.

"Enggak usah, El, kita langsung pulang aja. Mama pasti nyariin gue," tolak Zayden.

"Lah?" bingung Elvano.

"Kita ke sini cuma mampir, soalnya tadi kita habis ...."

"Habis?" Alara maupun Elvano menunggu kalimat yang akan Zayden lanjutkan.

"Kita habis survey rumah itu," Zayden menunjuk rumah di seberang rumah Sabila.

"Kalian mau pindah ke situ?" tanya Alara berbinar.

"Insyaallah, Kak, doain, ya," jawab Zaina.

"Kalo gitu kita pulang dulu, takut mama khawatir soalnya tadi malam gue nggak bilang," ujar Zayden.

"Kak Zayden kabur?" tanya Zaina dengan mata terbelalak.

Zayden, laki-laki itu menggaruk tengkuknya.

Elvano dan Alara saling tatap, lalu kemudian mereka sama-sama mengedikkan bahu mereka karena tidak mengerti perihal pasangan di hadapan mereka.

"Salam buat si kembar, ya, Kak," ucap Zaina.

"Enggak mau ketemu mereka dulu?" tawar Alara. Mereka lagi main itu," lanjut Alara.

"Lain kali aja, Kak," jawab Zaina.

Setelah itu mereka langsung berpamitan dan pergi.

Sampainya di mobil, Zaina langsung bertanya, "Kenapa buru-buru, Kak?"

𝐙𝐈𝐍𝐍𝐈𝐀 Where stories live. Discover now