Kurcaci dan Boneka Keramik

2 0 0
                                    

Aku pergi ke sebuah taman yang dijaga oleh makhluk yang menurutku aneh dan tidak pernah aku lihat sebelumnya. Aku bisa lihat bahwa keseluruhan tubuhnya berwarna hijau meski tidak yakin karena dia memakai baju putih lengan sejari dan di atas lutut. Matanya yang besar menangkap kehadiranku ketika tangannya yang kecil itu berusaha untuk memecahkan boneka yang terbuat dari keramik.

Aku buru-buru memutuskan untuk pergi menghindarinya sekaligus mencari cara untuk masuk ke taman pagi ini. Sesampainya di tempat yang tidak ada penjaganya, aku melihat sebuah pintu yang terlihat aneh. Aku mencoba membuka pintu tersebut dan di depanku, aku melihat makhluk yang sama seperti di tempat tadi. Berada di dekatnya aku bisa tahu bahwa dia pendek.

Karena kaget aku jadi gemetar didukung lagi dengan cuaca yang dingin dan berawan.

"Apa yang kamu lakukan di sini?" tanyanya sambil menatapku dengan tatapan tajam.

"Aku hanya ingin menjelajah taman ini," jawabku mencoba mempertahankan diri.

"Baiklah, tapi jangan lakukan apapun yang akan merusak taman ini!" ucapnya dengan nada tegas.

Baru kusadari bahwa hidungnya sangat mancung. Aku mengangguk dan melanjutkan perjalanan di dalam taman tersebut. Aku terus berjalan dan menemukan sebuah benda yang mirip dengan yang tadi aku lihat saat makhluk di depan sana memegangnya atau mengambil ancang-ancang untuk membantingnya. Aku merasa senang dan langsung mencoba menghancurkan benda itu, namun tiba-tiba makhluk yang tadi muncul di depanku dan menghalangiku.

"Apa yang kamu lakukan?" tanyanya dengan nada tinggi.

"Aku hanya ingin menghancurkan benda ini," jawabku mencoba menjelaskan.

"Kamu tidak boleh melakukannya. Benda ini sangat penting bagi taman ini!" seru makhluk tersebut dengan nada yang lebih tegas.

Aku bingung, padahal makhluk serupa dengannya di depan tadi justru berusaha untuk menghancurkannya. Sedangkan aku, kenapa dia berusaha menghalangiku.

"Apa yang kamu katakan? Di depan tadi aku melihat temanmu berusaha menghancurkan benda ini," jelasku sambil mengangkat sedikit boneka keramik itu.

Ekspresi yang dia tunjukkan hanyalah bingung dan kembali memberikan raut tidak suka. Aku mencoba meyakinkannya, tapi dia tetap tidak mau mendengarkan. Kami berdua mulai berdebat. Dia menorongku hingga aku terduduk ke belakang. Sehingga benda yang kupegang itu menghantam semen dan pecah.

Makhluk yang biasa disebut kurcaci itu pun wajahnya berubah memerah. Aku tebak, dia sudah marah atas kesalahan yang telah aku lakukan. Kurcaci itu dengan sigap menyerangku dengan senjata yang dipegangnya. Aku terpaksa menghindar ke samping dan segera mengambil sikap bertahan. Tubuhku diliputi oleh rasa waspada, takut jika terkena serangan balasan.

Saat itu, seseorang datang dari belakang dan memberikan serangan kejutan dengan memukul kurcaci tersebut menggunakan tongkat besar yang dia pegang. Kurcaci itu pun terhuyung-huyung. Rupanya aku dibantu oleh kurcaci yang ada di depan tadi.

"Kamu? Apa yang kamu lakukan?" tanyaku dengan nafas memburu.

"Diam! Lebih baik kamu pergi dari sini!" serunya mengusirku.

Tetapi kurcaci yang akan mencelakaiku itu tidak berhenti menyerang dan mencoba menyerang temannya sendiri. Aku segera memutuskan untuk memikirkan strategi dan mulai mengamati lingkungan sekitar.

"Aku akan membantumu," ucapku.

"Jangan bodoh!"

Aku agak sakit hati dengan ejekannya itu tapi aku tidak boleh membiarkannya dalam bahaya begini. Ketika dia menyerang kurcaci tersebut dari depan dengan tongkatnya, sementara aku menyerangnya dari belakang dengan kayu yang aku temukan di taman itu.

Seranganku mengenai punggung kurcaci tersebut, tetapi dia masih belum kalah. Kurcaci itu terus menyerang dengan kecepatan yang luar biasa, sulit untuk dihindari. Aku merasa kewalahan dan hampir terkena serangan balasan.

Tetapi tiba-tiba, kurcaci yang membantuku memberikan serangan dari samping dengan menyerang kurcaci tersebut menggunakan tongkatnya. Serangan itu mengenainya dan membuat kurcaci jahat itu terjatuh. Kami berdua mengambil kesempatan tersebut untuk menyerangnya dengan maksimal. Akhirnya, kurcaci tersebut berhasil dikalahkan.

Dia marah karena kalah dan berubah menjadi sosok yang menyeramkan. "Kalian pikir kalian sudah merasa menang? Aku akan kembali," ucapnya sebelum pergi menghilang entah ke mana.

"Tadi itu apa?" tanyaku sambil menoleh ke kanan. Dari sini aku bisa melihat jelas telinganya yang runcing.

"Kamu ingin tahu? Itu adalah makhluk seram." Dia memberikan jawaban yang terlalu singkat, menurutku. Tentu saja, itu sudah jelas.

"Aku tahu, maksudku dia itu apa dan apa hubungannya dengan boneka keramik?"

"Kamu tidak perlu tahu, yang harus kamu tahu adalah kamu sedang bermimpi." Sesaat dia mengatakan itu, dia langsung mendorongku hingga aku merasakan bahwa aku terjatuh entah ke mana dan terbangun.

Pada Suatu Hari Aku Bermimpi (KumCer) Where stories live. Discover now