Aku, Teman dan Ayah yang Random

3 2 0
                                    

Aku dan temanku pergi ke tempat bakso kaki lima. Hari ini gak terlalu ramai padahal bakso di sini enak bahkan rasanya sudah menjadi langganan. Tidak banyak yang kami bicarakan.

Saat makanan kami selesai, temanku yang duduk di sebelah kanan mengatakan akan membayar makanan dan milikku juga. Aku melirik ke sebelah kiri, ada temanku yang lain.

Entah kenapa aku ingin mengusilinya, "hei! Jangan lupa bayarkan aku juga ya!" Ketika dia baru mengeluarkan banyak uang, aku menghentikannya dan menambahkan, "eh, bercanda."

Laki-laki di samping kiriku malah bangkit dari kursinya dan berkata, "iya."

Itu membuat seseorang di samping kananku buru-buru mengeluarkan uang untuk membayar makananku juga, tapi dia terlambat. Ya, dia didahului teman laki-laki yang duduk di samping kiriku tadi.

"Wah, serius?" tanyaku tak percaya dengan apa yang baru saja terjadi.

Kulihat dia yang duduk di samping kananku tampak kecewa. Aku melihat uang di atas meja. Ah, aku tahu ini miliknya.

Aku menekannya dari atas dan kugeser menjauhiku hingga mendekatinya dan mengatakan,"lain kali aja."

Aku melihat dia masih tampak sedih, akhirnya aku memutuskan untuk merangkulnya, memberikan pelukan layaknya teman.

"Bagini saja, antarkan aku pulang, oke?" pintaku dengan harapan agar dia tidak merasa kecewa.

Dia mengantarku sampai rumah dan setelahnya, dia menjadi sering datang untuk bermain di rumahku.

Suatu pagi, aku menunggu kedatangannya, tapi dia tidak datang-datang sampai aku ketiduran. Lalu, ada seseorang yang mendekat, aku kira dia, tapi ternyata seorang lawyer atau pengacara.

Dia mengatakan ingin masuk untuk memeriksa rumah yang ternyata kontrakan atau kostan. Aku mengatakan tidak ada apa-apa, tapi dia tetap memaksa untuk masuk. Lalu di dapur, aku melihat seseorang yang kutunggu-tunggu itu datang dan aku tidak tahu apa yang dia bicarakan.

Aku memintanya untuk pergi sembunyi dan aku kembali ke ruang tamu. Kami berbincang mengenai hal yang tidak kumengerti juga. Ternyata dia datang karena disuruh oleh ayahku untuk mengawasiku.

Aku marah hingga aku pulang dan membuat pekerjaan ayahku berantakan. Sebelum itu selesai, ayahku datang dengan membawa kayu dan mengejarku saat aku sampai di rumah. Ini sangat kekanak-kanakan.

Sebelum keluar rumah, aku menghancurkan barang-barang dan teriak, "kenapa ayah tidak percaya pada anaknya sendiri melebihi percaya pada orang lain?" Aku mengatakannya sambil teriak bahkan suaraku terdengar serak.

Setelah marah-marah, aku akhirnya duduk di teras. Ayahku berhenti mengejarku dan mulai mengajakku berbicara. Dia menjelaskan bahwa dia hanya khawatir akan keamananku di kostan yang tidak diketahui keamanannya. Aku menolak tapi berusaha mengerti dan menyadari bahwa ayahku hanya ingin yang terbaik untukku.

Pada Suatu Hari Aku Bermimpi (KumCer) Where stories live. Discover now