Chapter 26

1K 44 8
                                    

Tubuh Audrey menggelepar setelah kejutan listrik diberikan berkali-kali untuk mengembalikan denyut jantungnya. Setelah para dokter berjuang cukup lama akhirnya suara mesin perekam jantung kembali terdengar normal.

"Welcome back Audrey." Kata pria yang mengenakan jubah putih itu.

Jantung Audrey kembali berdetak namun mata gadis itu masih tertutup. Gadis itu sudah terbaring di ruang ICU selama satu bulan akibat mencoba bunuh diri. 

Masih dalam kondisi koma, gadis itu melanjutkan mimpi panjangnya.

Audrey berdiri di bawah pohon hijau rindang di sebuah padang yang luas dengan aneka ragam jenis bunga yang cantik. Pandangannya mengarah ke pelangi yang menyempurnakan kecantikan padang luas tanpa batas itu. Tempat ini terlalu indah dan nampak asing baginya.

"Audrey." Suara seorang lelaki memanggilnya. Audrey menoleh kebelakang. Seorang lelaki tua sedang berdiri di belakangnya. Tersenyum memandangnya. Lelaki tua itu mengenakan baju putih panjang seperti sebuah piyama.

Audrey memandang heran lelaki tua itu. "Eyang? Kenapa eyang disini? Aku dimana?"

"Kamu di rumah eyang." Kata lelaki tua itu tersenyum.

"Maksud eyang?" Tanya Audrey masih dengan raut tak mengerti.

Lelaki tua itu berdiri di sampingnya lalu merangkul bahu Audrey.

"Kamu nggak senang lihat eyang?" Tanya lelaki tua itu tersenyum.

Audrey memeluk lelaki tua itu lalu menangis. "Aku senang sekali eyang di sini."

Eyang tersenyum seraya mengelus kepala Audrey.

"Kamu tahu Drey, kamu membawa kebahagiaan buat eyang sejak pertama kali kamu dibawa kerumah eyang. Waktu itu kamu masih berumur satu tahun ya? Bukan cuma eyang saja tapi semua orang di kampung. Kamu seperti selebriti, jadi tontonan orang sekampung karena kamu adalah anak tercantik yang pernah mereka lihat."

Audrey tersenyum mendengar ucapan eyang , walaupun jelas ia tak mengingat masa itu. Eyang diam sesaat lalu menoleh ke Audrey yang sedang menyandarkan kepalanya di bahunya.

"Terutama mami papi yang sangat menyayangi kamu. Ema dan Heri juga. Mereka orang-orang yang rela untuk berkorban apapun demi kamu. Jadi kamu sangat beruntung dikelilingi orang-orang yang menyayangi kamu Drey."

"Kira-kira siapa lagi yang menyayangi kamu Drey? Kevin?" Tanya eyang tersenyum.

"Nggak eyang. Dia gay." Balas Audrey sambil merengut.

"Apa kalau dia gay nggak boleh menyayangi kamu?" Kata eyang.

"Bukan begitu eyang. Ya pasti boleh lah. Menyayangi itu kan hak asasi manusia. Maksud aku tuh sayang dalam konteks romantis."

"Oh gitu." Eyang manggut-manggut.

"Trus kamu udah ada cadangan selain Kevin?" Tanya eyang penasaran.

"Eyang apaan sih. Emang ban serep mobil cadangan." Sungut Audrey.

Eyang terkekeh mendengar ucapan cucunya.

"Untuk itu Drey. Kamu harus pulang, mereka membutuhkan kamu. Ema dan Leo juga." Kata eyang sambil memandang cucunya.

"Eyang kenal sama Leo?" Kata Audrey dengan mata berbinar.

Eyang mengangguk tersenyum.

"Tapi aku mau disini aja sama eyang. Lagipula Ema dan Leo sudah nggak ada." Balas Audrey sambil menyandarkan kembali kepalanya ke bahu lelaki itu.

"Bagaimana kalau mereka semua masih hidup di dunia sana. Kamu mau kembali kesana?" Tanya eyang.

Audrey diam sesaat lalu gadis itu menoleh ke lelaki tua itu. "Bagaimana sama eyang?"

BROKEN DREAMSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang