Chapter 25

383 16 0
                                    

Setelah makan siang dirumah bersama mami, papi dan Heri. Audrey bergegas kekamar menyiapkan diri untuk ke makam. Siang ini dia ingin mengenakan gaun yang pernah dibelikan  Ema sebagai hadiah saat mereka di Los Angeles, gaun yang tak pernah dikenakannya sama sekali.

Begitu melihat Audrey semuanya memandangnya tersenyum. Mami belum pernah sebahagia ini, melihat anak gadisnya yang suka mengenakan jeans belel, tapi hari ini ia nampak terlihat anggun dan berkelas dengan gaun itu. Mata mami berkaca-kaca, sementara papi tersenyum melihat ekspresi melodrama di raut istrinya.

"Kamu cantik sekali Drey. Kevin pasti bangga jalan disamping kamu." Ujar mami seraya berbisik. 

"Aduh mami. Forget it. Dia gay." Balas Audrey bersungut. 

"Hah. Serius? Kamu kata siapa?" Kata mami terkejut. Audrey menunjuk ke Heri dengan kepalanya. 

"Serius kamu Her?" Tanya mami lagi. 

"Udah jangan ngomongin itu lagi. Nggak enak ntar sama orangnya kalau didengar." Kilah Heri. Lelaki itu menyesal telah mengucapkannya ke Audrey. Kini semua orang jadi tahu tentang si anak menteri yang sebenarnya. 

"Iya mam bener. Soalnya aku pernah dikamarnya trus aku liat ada foto dia berdua sama lelaki lagi pelukan." Saut Audrey. 

"Ya ampun sayang banget ya. Padahal mami sama papi mau jodohin sama kamu Drey." Saut mami serius. Baru saja mami selesai berkata begitu seseorang muncul menyapa. 

"Siapa yang mau dijodohin tante?" Tiba-tiba seorang lelaki muncul dengan senyum khasnya.

Semua orang diruangan mendadak canggung dan gugup.

"Eh nak ... Udah makan siang? Tante sama yang lain baru selesai makan siang. Kamu kalau belum makan tante siapin dulu ya." Kata mami berusaha menyembunyikan kegugupannya.

"Makasih tan, tadi udah makan dikampus. Kita berangkat sekarang Drey?" Kata lelaki itu menoleh ke Audrey. 

Dengan gugup gadis itu mengangguk. "Ayuk." 

"Cantik sekali kamu hari ini." Puji lelaki itu. Audrey tersenyum tersipu malu. Dia pernah membayangkan lelaki yang mirip dengan si Michele Morrone ini akan menjadi lelaki pertama yang mencium bibirnya. Tetapi bayangan itu sudah lenyap. Tak ada lagi Michele Morrone dalam fantasi erotisnya malahan kini dia meragukan ketulenan aktor panas itu.

Terlalu tampan dan sempurna sebagai lelaki normal. Audrey mendengus kesal membayangkan itu. 

"Kenapa Drey?" Tanya lelaki itu saat mereka didalam mobil. 

Audrey tersadar dari lamunannya. "Nggak apa-apa kok. Kenapa?" 

Lelaki itu tersenyum. "Kamu kayaknya lagi kesel. Yakin kamu nggak apa-apa?" 

Audrey hanya tersenyum simpul. "Aku nggak apa-apa." Lalu keduanya terdiam. Audrey memandang sekilas ke lelaki yang sedang menyetir itu. 

"Kev, boleh aku tanya sesuatu?" Tanya Audrey. 

"Of course." Saut lelaki itu.

"Siapa lelaki yang ada difoto kamar kamu?" Tanya Audrey ragu.

Lelaki itu diam sesaat lalu dia menoleh ke Audrey. "Seseorang yang aku sayang." Katanya sambil tersenyum. 

Jantung Audrey seperti ditusuk.

Duh. Benar-benar sirna sudah harapannya untuk mendapatkan ciuman pertamanya. Lelaki itu sudah membuat impiannya buyar total. Seharusnya dia tahu Kevin terlalu sempurna untuk menjadi lelaki normal. Tubuhnya yang atletis, wajahnya yang seperti aktor panas, otaknya yang encer, belum lagi gaya maskulin dan sikap gentleman-nya. Semua gadis pasti terkecoh dengan kesempurnaan itu, termasuk dirinya.

BROKEN DREAMSWhere stories live. Discover now