35. Pacar gue.

377 53 19
                                    

"Kita mau kemana sih Kak?"

Gadis berkepang satu dengan pita yang melingkar dikepalanya itu nampak menoleh ke sisi kanan dan kiri jalan, melihat-lihat lokasi sekitar dengan tatapan bertanya-tanya. Sementara itu, pria berkulit seputih susu nan sedari tadi setia menggenggam jemari tangan sang kekasih hanya bisa tersenyum dan terus berjalan kedepan. "Kamu juga tahu nanti," ucapnya. 

"Ya tapi Kak Sam harus kasih tahu Vicky dulu mau kemana, biar nanti Vicky gak kaget. Gimana kalau nanti Vicky malah bikin malu Kak Sam lagi gara-gara sikap Vicky?" Belajar dari beberapa pengalaman, gadis itu mengerucutkan bibirnya dan memainkan ujung surai hitamnya yang dikemas rapih hari ini. 

Mendengar itu, Sam hanya tertawa dan menggelengkan kepalanya pelan. Ia menarik lengan sang kekasih agar mereka berbelok memasuki sebuah lorong dari sela-sela gedung di pusat kota yang sangat ramai hari ini. Maklum, namanya juga akhir pekan, semua orang ingin mencari hiburan demi mendapatkan kesenangan sesaat ditengah-tengah kesibukan yang tak memberi jeda tuk bernafas. 

"Kamu gak pernah bikin aku malu, Vicky," kalimat sederhana Sam, dengan intonasi yang menenangkan, tanpa pria itu sadari mampu membuat gadis di genggaman tangannya itu menunduk malu dan tersenyum tipis. Ia tak pernah diperlakukan setulus ini oleh Sam sebelumnya, atau mungkin... ia yang tidak sadar? 

"Kamu gak déja vu kah jalan ngelewatin jalan-jalan kecil kayak gini sama aku?" Tanya Sam tiba-tiba, "aku aja dari tadi keinget masa lalu terus pas jalan kesini sama kamu," pria itu melirik sekilas ke arah Vicky dan sedikit menarik lengan gadis itu agar Vicky berjalan beriringan disampingnya. Setelah dapat ia pastikan gadis itu mampu mengimbangi langkah kakinya, maka barulah Sam bertanya lagi, "jangan bilang, kamu lupa?" tebak Sam langsung. 

"Hm? Déja vu gimana?" Tanya Vicky polos. 

"Yah, beneran lupa." 

Sam melepas genggaman tangannya pada jemari tangan sang kekasih, membuat Vicky dilanda rasa bingung dan juga rasa bersalah disaat yang bersamaan. Ia tak mau membuat Sam kecewa, tapi disisi lain ia juga benar-benar lupa akan cerita yang Sam maksud. Ayolah, mereka bukan orang yang baru kenal sebulan dua bulan, jelas sudah banyak hal yang terjadi diantara Vicky dan Sam meskipun keduanya selalu beradu argumen dengan kata-kata yang dingin dan kejam. 

"Masa lupa sih Vic?" Sam melepas jaket yang ia kenakan, lalu melampirkannya pada kedua bahu Vicky, tak lupa mengancingkan satu persatu ujung jaket tersebut, sehingga Vicky perlahan mengangkat wajahnya tuk melihat paras sang kekasih yang ternyata juga tengah menatap ke arahnya. Benar saja, perlakuan Sam berhasil membuat sekilas kenangan muncul di benar Vicky. Mulai dari bagaimana jemari tangan Sam mengancingkan jaket pria itu ditubuhnya, hingga tatapan cemas yang membuat Vicky merasa tenang bercampur bersalah disaat yang bersamaan. 

Flashback. 

Menuju liburan sekolah, biasanya anak-anak sekolah akan mampir ke cafe-cafe terdekat untuk menghabiskan hari terakhir bersama teman-teman mereka sebelum berpisah karena liburan tersebut. Tak terkecuali Sam, pria berusia 17 tahun itu nampak tengah duduk bersama teman-temannya di salah satu cafe terpencil, sebab ia benci berada ditengah-tengah keramaian pusat kota. 

Yah, walaupun cafe ini berada di pusat kota, namun lokasinya yang terpelosok membuat Sam merasa tempat ini sangat cocok untuknya. 

Sam hanya memiliki 4 teman dekat di kelas. Meskipun masih bisa dihitung jari, tapi jangan remehkan dampak kelimanya bagi sekolah mereka. Ada si ranking satu pararel, si anak band yang sudah manggung hingga keluar negeri, dan jangan lupakan Sam si anak kesayangan guru dengan segudang piala kejuaraan yang sudah ia persembahkan untuk sekolah. Dan sekarang ini, semuanya sedang asyik mengobrol, sampai tiba-tiba ponsel Sam bergetar. 

MR. PRANKSTERWhere stories live. Discover now