15. Tempat Berteduh

318 64 8
                                    

"Kabar kalian gimana disana?"

"Aman Ma."

Sam meletakkan stik PS-nya diatas sofa dan berjalan cepat ke arah balkon. Cuaca pada siang hari ini sangatlah cerah, waktu yang tepat untuk menikmati jus jeruk dingin sambil memandangi kehidupan di lantai dasar sana. Ditambah, hari ini adalah hari libur dan Sam bisa bermalas-malasan.

Walau ada deadline revisi yang mengejar-ngejar dibelakang.

"Aku masih ada revisi dari bapak dosennya sih buat proposal skripsi kemarin, tapi nantian lagi aja deh ngerjainnya, mau refreshing dulu. Terus akhir-akhir ini aku jompo banget, sering pegel-pegel seluruh tubuh. Untung aja Mama kirimin balsem kemarin." Sam melaporkan semua hal yang ia alami kepada sang Mama, layaknya anak dan ibu pada umumnya.

"Kerjain pelan-pelan, refreshing boleh... tapi jangan keseringan juga. Apalagi kalau sampai terbengkalai proposalnya."

"Iya, doain aja Ma."

"Adik Kamu juga tuh, kata ibu kosnya diasana pipinya lebam gara-gara ketendang bola pas main futsal sama teman-temannya. Haduh, anak Mama kok bisa sakit-sakit semua? Vicky gimana? Sakit juga."

"Ck! Memangnya dia anak mama?"

"Kamu kan tahu sendiri, Vicky itu udah kayak anak perempuan Mama dari kecil. Dulu Mama yang mandiin, pakein baju, anter ke sekolah bareng sama Johny juga dulu--"

"Vicky sehat Ma, sehat," Sam buru-buru menyela kalimat sang Mama dan memindahkan ponselnya dari telinga kanan ke telinga kiri, "Anaknya lagi sibuk mau jadi model katalog gitu. Ada jurusan tata busana di kampusku yang setiap semester pasti ngerilis katalog baju-baju ciptaan mahasiswa mereka gitu. Nah, Vicky lagi daftar jadi modelnya."

"Oh, pantesan sampai teriak-teriak begitu."

"Hah? Teriak apanya?"

"Ini, di depan Mama ada mamanya Vicky yang lagi video call sama Vicky juga. Terus Vicky cerita sampai jingkrak-jingkrakan gitu."

"Yah Mama bayangin deh, Sam ketemu dia setiap hari. Padahal dulu susah-susah ngebujuk Johny biar gak milih kampus aku buat jalur undangan. Eh, malah Vicky yang dapet."

"Udahlah, udah jodoh kamu sama Vicky berarti."

Kedua mata Sam sontak terbelak dan ditolehkannya wajahnya ke sisi kanan dan kiri secara bergantian. Padahal sudah jelas-jelas hanya aja dirinya disini. Tapi kenapa ia merasa was-was jika ada yang mendengar perkataan mamanya? Padahal jelas-jelas yang dimaksud wanita itu adalah jodoh untuk kuliah di kampus--bahkan hingga jurusan--yang sama.

Tapi kenapa Sam bisa mikir kemana-mana?

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"KAK SAM!!"

Baru lima menit yang lalu Sam mengakhiri panggilan teleponnya dengan sang mama, bahkan jendela balkon apartemennya pun masih terbuka lebar. Namun secara tiba-tiba suara teriakan itu sudah mengusik ketenangan di hari liburnya saja.

Maka tak perlu berbasa-basi lagi, Sam langsung bangkit dari posisi duduknya dan berjalan malas tuk membukakan pintu bagi Vicky. Sepertinya etika gadis itu terbentuk dengan sangat baik. Pasalnya sekalipun ia tahu password apartemen Sam, ia tetap memilih untuk mengetuk pintu daripada asal masuk kedalam. Baguslah, Sam hargai itu.

"Apa?" Tanyanya begitu pintu terbuka.

"Tebak Vicky bawa berita baik apa?"

MR. PRANKSTERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang