18. Dibalik Dinding

325 61 5
                                    

Tok! Tok! Tok!

"Vic, Vicky..."

Hingga detik ini gadis berpiyama merah muda itu masih tertidur pulas dibalik selimut putihnya yang super tebal. Sepertinya ia bermimpi indah semalam, sampai-sampai matahari sudah seterang inipun dirinya masih tak kunjung membuka mata barang sedetikpun.

Sampai suatu panggilan diluar kamar mengganggu kenyamanan Vicky bersama bantal dan selimutnya, sehingga ia harus menyudahi mimpi indahnya tersebut. Masih dengan muka bantal dan bibir yang mengerucut bersungut-sungut, gadis itu berjalan malas meraih gagang pintu kamarnya.

Benar saja, begitu ia menarik gagang pintu, sosok pertama yang ia lihat adalah keberadaan Sam dengan kaos putih dan celana training panjang. Meski hanya setelan sederhana, namun pria itu tetap terlihat tampan maksimal dimata Vicky. Yah, dari dulu mungkin Sam memang tampan, hanya saja aura itu baru terpancar dimata Vicky akhir-akhir ini.

"Good Morning Kak Sam yang ganteng..." raut wajahnya seketika berubah cepat, dari yang seperti layangan kusut, hingga penuh aura bunga-bunga dibelakang punggungnya sana. Mendengar itu, Sam hanya merotasi bola matanya malas dan berdehem pelan.

"Tidur lo nyenyak semalam?" Itulah pertanyaan pertama yang Sam lontarkan kepada gadis berpiyama merah muda disampingnya ini.

Tanpa perlu menjawab, Vicky hanya merapihkan sedikit surai panjangnya dan mengangguk semangat dengan senyuman lebar pada paras cantik tersebut. Namun berbeda dari gadis dihadapannya ini, Sam malah memicingkan mata dan berkacak pinggang dengan tatapan heran kepada Vicky.

"Apa cuman gue yang gak bisa tidur semalem?" Bisik pria itu pelan.

"Ha? Kakak gak bisa tidur? Kenapa? Sakit?" Tak ada permisi atau sejenisnya, secara lancang Vicky meletakkan telapak tangannya pada dahi pria itu, membuat Sam sempat memejamkan mata pasrah sebelum memiringkan wajah kesamping sehingga tangan kecil Vicky kembali terjatuh seperti semula.

"Lo beneran gak tahu apa yang terjadi semalem?" Tanya Sam entah untuk keberapa kalinya di pagi ini.

"Enggak, memang ada apa? Vicky kan semalam ngantuk banget, bahkan Vicky aja lupa gimana bisa ganti pakaian tadi malem," gadis itu menggaruk-garuk kepalanya dan menunduk untuk memeriksa penampilannya saat ini. Benar saja, ia bahkan mengancingkan piyamanya dengan sangai kacau. "Tuh kan, salah ngancingnya," gadis itu merutuki diri sendiri dan memperbaiki letak kaitan kancing piyamanya, membuat Sam nan berdiri di depan Vickypun sontak memalingkan wajah kesamping.

Astaga, bagaimana cara memberi tahu gadis itu bahwa bagaimanapun juga Sam adalah lawan jenisnya? Pria berkaos putih itu masih tak habis pikir hingga detik ini.

"Ada Johny di kamar gue, semalem dia dateng. Cuman karena udah malem, dan kondisi lo juga udah kayak zombie, jadinya lo mungkin gak sadar."

"Johny?" Bisik Vicky pelan, "JOHNY!?" Teriaknya kali ini.

"He'em, Johny Demian. Adik gue, sahabat lo. Jelas?"

"Hah!? Kok bisa?" Panik Vicky sembari kedua tangannya secara refleks menjambak surai pada dua sisi kepalanya sendiri. Matanya melotot tajam, bahkan Sam sampai ngeri jika bola mata gadis itu melompat keluar nantinya.

"Bisa lah, dia lagi liburan, dan main kesini. Bisa kan?"

"Kok gak bilang-bilang ke kita?"

"Katanya mau kasih surprise."

"Terus, dia tahu dong kalau kita pacaran?"

"Pacaran?"

"Eh, maksudnya pura-pura pacaran."

MR. PRANKSTEROù les histoires vivent. Découvrez maintenant