12

1.1K 201 30
                                    

Betapa luar biasa sorak-sorakan membahana memenuhi seluruh ruangan di mana semua angkatan akhir baru saja menyelesaikan acara perpisahan.

Rin mengembangkan senyum bahagian. Bahu Hinata ia rangkul penuh ceria serta memberi pelukan singkat.

"Kita berhasil, Hinata!"

Sang sahabat ikut menampilkan senyum. "Benar."

"Setelah ini, mari kita merayakan bersama!" Sumringah tak lepas dari sorot si gadis berambut pendek. "Kita berbelanja dan makan makanan enak di kafe. Aku yang traktir!"

Hinata mengambil posisi untuk duduk pada salah satu kursi. Ia merasa cukup lelah terus berdiri. "Kalau hari ini, sepertinya, aku tidak bisa, Rin."

"Kenapa? Kau sudah ada janji lain?"

Hinata menggeleng. "Tidak. Aku hanya ingin segera beristirahat. Aku lelah."

"Astaga, Hinata. Berapa umurmu? Kau seperti lansia saja." Rin ikut mendudukkan diri, memperhatikan wajah lesu Hinata secara saksama. "Tapi, jika memang tak bisa hari ini, tak apa. Kita bisa melakukannya lain kali." Rin kembali tersenyum.

Lembut, Hinata menampilkan senyum, tetapi, berubah menjadi sedikit mengerut ketika panggilan alam mendadak mengganggunya di saat-saat kurang tepat.

"Aku ke toilet sebentar."

Hinata berlalu. Rin memerhatikan gulungan dengan pita sewarna nila di tangannya penuh kebanggaan. Setelah sekian lama, akhirnya ia bisa berada pada tahap ini.

Garis bibirnya membentuk lengkungan kian lebar, tetapi, ketika tanpa sengaja lensa hitamnya bergulir pada eksistensi di bagian lain sisi ruangan, senyuman Rin perlahan hilang. Naruto tak membalas melihat padanya, hanya terlihat sibuk menanggapi ocehan renyah dari orang-orang di sekitarnya.

Sadar jika apa yang ia lakukan saat ini bukanlah hal yang patut, Rin memalingkan wajah. Bersamaan dengan itu, Guru Shizune terlihat berjalan mendekat setelah memberi pelukan hangat pada beberapa murid yang sebelumnya menjadi anak wali. Rin adalah salah satunya, maka, telah terduga jika Shizune akan menghampirinya juga seperti sekarang.

Sebuah pelukan diberi penuh tulus. "Kalian sudah berusaha sangat keras."

Rin mengangguk. Ikut mengucapkan terima kasih karena guru Shizune telah menjadi sosok yang berperan sangat besar bagi mereka.

Ketika hendak memisahkan diri, Shizune kembali menoleh pada Rin dengan wajah yang seolah teringat akan sesuatu.

"Ah, Rin! Boleh aku meminta tolong?"

"Tentu, Guru."

"Aku meninggalkan tas di perpustakaan, bisa kau pergi untuk mengambilkan? Aku harus ke tempat kepala sekolah sekarang."

Penuh semangat -- Rin menyanggupi. Selain sebagai wali kelas, guru Shizune juga berperan sebagai guru yang menjaga perpustakaan. Itulah mengapa, ia memang memiliki ruangan tersendiri yang disediakan dan sering digunakan sebagai tempat penyimpanan barang bawaan.

Saat telah berhasil menemukan apa yang sebelumnya dipinta oleh sang guru, Rin tak langsung meninggalkan ruangan, dan memilih untuk melihat-lihat judul buku pada rak kecil di samping meja. Rin cukup terkejut ketika mendapati satu novel dengan judul serupa dengan miliknya di rumah.

"Aku tidak tahu jika Guru Shizune juga suka baca novel." Ia terkekeh. Memutuskan pergi setelah merasa puas mencuci mata.

Namun, belum berlanjut tangannya menyentuh gagang pintu, suara tak asing dari luar seketika menghentikan pergerakannya untuk sementara waktu.

"Lalu, apa yang ingin kau katakan tadi?"

Kedua alis Rin menaut bersamaan. Telinganya tak mungkin salah mengenali jika ini adalah suara Naruto.

With You: A Faux Pas? [ NaruHina ] ✔Where stories live. Discover now