81 • Samudra Adalah Lautan

5.2K 596 64
                                    

"Pesawat mau isi bensin, aaaa!" serunya sambil menganga agar Samudra membuka mulut dan menerima suapan sang kekasih.

Pria itu menerimanya. Memakan pelan-pelan gumpalan nasi dan ayam goreng. Aya tertawa, tersenyum manis sembari kembali sibuk menyatukan nasi dan suwiran daging ayam di sendok miliknya.

Jarak pandang yang jauh membuat jalanan malam di depannya hanya terlihat lampu samar dan kilat dari motor yang menerobos kencang bersamaan dengan deru angin setelahnya. Samudra tahu dia bukan anak kecil, begitu juga pacarnya yang paling ia sayangi.

Namun Cahaya dengan semangat menyuapi makanan dari abang tukang ayam goreng di pinggir jalan, katanya suapannya itu pakai cinta. Hati laki-laki itu tergelitik.

"Habis makan mau ciuman, nggak?"

Deru mobil di jalan. Kencang. Samudra sudah hapal tabiat Cahaya, seharusnya ia tidak terkejut saat mendengar itu. Namun dengan semua yang sudah terlewati, dengan semua masa sulit ini. Samudra jelas cuman pria lembut yang tidak tahu apapun.

"Mulai, deh."

"Kenapa? Kamu belom pernah ciuman tapi rasanya ayam goreng minyakan, 'kan?" goda sang gadis.

"Enggak ada. Jangan aneh-aneh."

"Kenapa enggak mau? Aku mau aja kok rasanya kayak ayam goreng," sambungnya. "Asal itu dari bibir kamu."

Cahaya mengelap bibir kekasihnya yang sedikit berminyak dengan jari-jarinya perlahan, matanya menatapa bibir itu—Samudra melihat pandangan itu hanya diam, terpatung, seperti biasanya. Cahaya tertawa.

"Kenapa sih kamu lucu banget?"

Samudra bingung.

"Aku selalu suka deh gituin kamu," katanya. "Kamu enggak pernah berubah, selalu salah tingkah setiap aku godain.

"Lucu banget, sih, kamu." Cahaya masih lanjut tertawa cekikikan. Dia bahagia sekali.

Samudra nyaman melihat Aya, itu yang selalu ia suka dari Cahaya. Dia membuat suasana menjadi bahagia, itu mungkin mengapa semua teman-temannya selalu di sisi Cahaya—termasuk Samudra—menutupi masalah agar sang kekasih tidak terkena hukuman.

Samudra melihat jalanan, termenung sesaat, suara tawa Cahaya masih di telinganya. Dia ingin seperti ini terus, tidak ingin menyakiti hati. Entah itu hati dirinya, Cahaya atau sekelilingnya. Samudra benar-benar enggak mau menyakiti hati.

"Ya?"

"Kenapa, Dra?"

Mengehela napas. "Bisa enggak kamu bilang sama semua teman kamu itu untuk berhenti gangguin Bulan?" Samudra tidak perlu penerimaan maaf Cahaya untuk Bulan, hanya ingin biarkan hati itu tidak tersakiti lagi karena alasan Samudra dan Cahaya.

Aya diam, menatap mata itu dalam. "Aku enggak pernah sejahat itu sampai kamu mikir kalau aku enggak kasih tau mereka untuk berhenti gangguin Bulan, Dra."

"Aku enggak mau berantem lagi sama kamu, Ya," memohon. "Tapi aku tau kamu belum ngomong itu sama mereka."

Ia lepaskan sendok dan garpu di tangannya. "Aku enggak pernah sejahat itu, Dra."

"Mukulin temen kamu sendiri?"

"Samudra!"

"Aku cuman mau kita lanjutin hidup kita aja, Ya."

"Aku enggak mau ngurusin itu lacur lagi, Dra. Dan aku juga enggak mau berantem sama kamu lagi dan lagi, Samudra."

"Jaga bahasa kamu, Ya."

"Kenapa, Dra? Kamu enggak suka pekcun itu aku panggil lacur?!"

Tembakan di udara. Petasan. Menyala tanpa aba-aba.

"Ya! Aku sakit denger semua kata-kata kamu." Mata laki-laki itu berbinar. "Aku sakit orang yang aku sayang bisa ngomong hal enggak pantes kayak gitu, Ya."

Samudra mengambil piring makanan di depan Cahaya miliknya yang sedari tadi tidak ia makan dan hanya menyuapi Samudra yang telah memakan makanannya sendiri.

Setitik air mata jatuh di piring, namun pria itu menyendok nasi dan sesuwir ayam lalu suapi pada kasihnya. Suara latar dari motor di jalanan menambahan kesedihan malam.

"Besok ujian sekolah satu, Ya. Kamu harus istirahat."

...

a.n

kenapa sih aku suka banget sama cahaya? karna my baby aya itu cewe mandiri, dia bikin seneng orang di sekitarnya, dia selalu di baris terdepan buat belain temennya, tapi cintanya samudra sih bener-bener bikin aku jengkel! makanya di buku kedua my baby aya yang bakal aku siksa.

btw udah tinggal beberapa bab lagi cerita ini bakal selesai, enggak sabar!

salam,

seseorang yang sebatas teman

Aku Akan Mencintaimu Jika Kamu Sudah Terlihat CantikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang