Stt, aku spill sedikit mengapa judul ceritanya Cinderella Tanpa Sepatu Kaca ya. Yang gemes sama pasangan ini baca selengkapnya di KBM App dan Karyakarsa. Di sana sudah tamat.
**
"Bapak yang bilang sendiri, sebelum melakukan sesuatu tentukan target. Katakanlah proyek ini targetnya untuk menyingkirkan Eca. Kira-kira akan tercapai nggak? Tidak ada kemungkinan 100% akan tercapai. Namun saya bisa bilang, minimal 90% tercapai, karena setidaknya orangtua Bapak tahu bahwa sudah ada calon. Tidak akan dipaksa untuk dekat dengan Eca itu lagi."
Kala tak bisa menahan senyum ketika Adrian mengatakan masalah ini seperti proyek bisnis. Ternyata, diam-diam Adrian menyerap dengan baik diskusi yang sering mereka lakukan di saat bersama. Kala mengakui Adrian tergolong cerdas.
"White lies," ucap Kala. "Menurutku nggak ada yang namanya white lies. Bohong ya tetap saja bohong namanya. Tapi rasanya, nggak ada salahnya dicoba. Setidaknya membantu Sachi pun hal yang baik. Kasihan anak itu, dia ingin kuliah tapi nggak ada biaya."
"Jadi Bapak setuju?"
"Hmm." Kala mengusap janggutnya, berpikir beberapa saat. "Boleh dicoba, Adrian. Aku jelas tidak mau sama si Nenek Sihir itu. Di sisi lain, apa salahnya membantu Sachi? Dia tak akan mau menerima bantuan tanpa alasan," cetus Kala sambil mengingat beberapa kali Sachi menolak bantuannya meski untuk hal yang sebenarnya mudah diterima.
"Nenek Sihir?" Adrian heran. Sepertinya dari tadi tak ada yang membicarakan soal Nenek Sihir. Hanya Eca dan Sachi.
"Nih, lihat," ujar Kala menyodorkan kontak di ponselnya.
"Eca?" tanya Adrian.
"Iya, betul."
Keduanya tergelak bersama. Adrian belum pernah bertemu Eca. Namun jika melihat reaksi Kala yang sangat ingin menghindar, dia tahu pasti Eca bukan tipe gadis idaman Kala.
"Besok saya akan hubungi Sachi, Pak supaya bertemu Bapak. Kalau yang ini, seperti Cinderella kan, Pak?" canda Adrian. "Tepatnya, Cinderella tanpa sepatu kaca."
Kala tersenyum. Diam-diam, dia menyetujui perkataan Adrian.
**
आप पढ़ रहे हैं
Cinderella Tanpa Sepatu Kaca
रोमांसSuatu peristiwa tanpa sengaja mempertemukan Kalandra dan seorang gadis. Sebelah sepatu dan catatan kecil milik gadis itu membuat Kalandra bertanggung jawab mengembalikannya. Padahal namanya pun dia tak tahu. Kalandra, lelaki yang menyimpan luka akib...
