Musibah

107 14 6
                                    

Cuplikan Bab 16. Baca fullpart-nya di KBM App dan Karyakarsa. Link semua karyaku ada di bawah ini. Aku akan taruh di komen supaya kalian bisa klik link hidup. Makasih sudah baca yaa. Link ke KBM App dan ke Karyakarsa kutaruh di komen ya.

https://linktr.ee/FitaCh

**

"Sachi?"

Suara berat seorang lelaki membuat Sachi mengangkat kepala. Kedua tangan yang menelangkup di wajahnya, turun perlahan. Kedua matanya mencari tahu, dari mana suara itu berasal. Tepat saat pandangannya betemu mata Kala, dia kembali menunduk, malu karena ketahuan menangis.

"Kenapa kamu?" Sosok itu kembali bersuara. Hatinya terusik melihat gadis yang pernah membentaknya, bersuara lantang dan nyaring tiba-tiba terlihat sangat diam. Apalagi wajahnya tampak kacau.

Mau bicara, tapi tak mampu. Dada Sachi terasa sungguh berat. Tak tahu harus bicara apa, apalagi pada lelaki di hadapannya. Dia bukan teman dekat. Bahkan mereka mestinya menjaga jarak karena beda kasta membuat Sachi segan. Tak elok rasanya mencurahkan masalah padanya. Namun pertanyaan itu menuntut jawaban. Lebih tak sopan apabila mengabaikannya.

"Saya ... kecopetan, Pak." Akhinya Sachi mengaku.

"Kecopetan? Apa yang hilang?"

Sachi mengangkat wajah. Kedua tangannya terkembang, lemah menyiratkan ketidakberdayaannya.

"Semua. Tas saya berisi dompet, uang, buku."

"Ponsel?"

"Untungnya tidak termasuk, karena ada di saku."

"Astaga. Kamu sendiri, tidak apa-apa? Ada yang terluka?" Kala mengamati gadis itu.

Sachi tercengang, tak menyangka Kala menanyakan keadaannya. Orang-orang yang tadi sempat mendatanginya tak satupun mengkhawatirkan keadaannya. Mereka hanya mengasihani, memintanya berhati-hati, dan bersabar.

"Tidak ada yang luka, kan?"

Tersadar bahwa Kala sudah bertanya untuk kedua kalinya membuat Sachi menggelengkan kepala cepat-cepat. 

**

Bersambung.

Cinderella Tanpa Sepatu KacaWhere stories live. Discover now