Desakan Mama

152 11 0
                                    

Cerita ini sudah TAMAT di KBM App dan Karyakarsa. Plus ada EXTRA PART di sana. Silakan ke KBM App cari username: fitachakra atau nama akun Fita Ch. Di Karyakarsa serach Fita Ch. Yang di sini hanya cuplikan ya setelah Bab 10.

Terima kasih sudah membaca. Happy reading dan jangan lupa tinggalkan vote dan komen.

**

Hari beranjak pagi. Mentari pagi menghangatkan suasana. Cahayanya masuk ke dalam rumah pasangan Arga dan Amira. Setelah merasa tenang tanpa desakan Amira, kehidupan kembali berjalan seperti biasa. Rutinitas setiap penghuni rumah keluarga Arga dan Amira di pagi hari layaknya hari-hari yang lain. Namun Kala tak menyangka, pagi itu setelah Kala berhasil menenangkan sang Mama beberapa hari lalu, kembali Amira berkicau, meributkan hal yang paling dihindari Kala.

"Kal, bagaimana dengan Eca? Kalian sudah berkomunikasi?" tanya Amira pagi itu pada Kala.

Di meja makan, sudah terhidang roti bakar dan minuman hangat. Harum makanan tercium ke seluruh ruang. Hanya mereka berdua saat itu. Duduk berhadapan, Amira mengoleskan selai pada roti bakar buatannya untuk sang suami. Sedangkan Kala sedang meneguk minuman hangat sambil mengecek ponselnya. Arga, sang kepala keluarga masih bersiap di dalam kamar. Demikian juga Kayla. Hari itu, Kala akan berangkat lebih awal karena ada meeting pagi.

Kala hampir tersedak. Dia tiba-tiba teringat, ada beberapa pesan yang dikirimkan Eca padanya. Gadis yang dalam ponselnya diberi nama "Nenek Sihir" tersebut menanyakan kabar, berbasa-basi, bahkan bermanis-manis menanyakan keseharian Kala. Menghadapi gadis semacam itu, membuat Kala sesak napas. Baru kenal saja Kala sudah merasa diteror, bagaimana jika terlanjur dekat? Jujur, Kala bahkan takut memulai hubungan dengannya. Baginya, gadis yang mengejar lelaki

"Jangan bilang kalian belum bicara apa-apa lagi sejak pertemuan waktu itu. Kalian sudah berkabar kan?" Mata Amira tajam menatap Kala.

"Ma, maaf, Kala tidak tertarik pada Eca," jujur Kala berkata.

"Maksud kamu? Kal, kalian baru ketemu sekali. Kamu bahkan belum banyak tahu tentang dia. Bisa-bisanya bilang begitu." Amira menggeleng-gelengkan kepala. Tak habis pikir ternyata menghadapi Kala, sesulit membujuknya minum obat saat kecil. Kala bisa memuntahkannya berkali-kali sampai Amira berhasil membuatnya menelan.

"Kala nggak mau kasih harapan, Ma jika memang tak suka."

Amira menghela napas. Kedua tangannya bersilang di dada, mengamati Kala yang sudah rapi pagi itu. Rambut tersisir sempurna, wangi parfum yang segar, dan kemeja rapi licin. Dengan wajah tampan rupawan, Amira yakin anak lelakinya bisa memikat gadis manapun. Namun mengapa dia begitu keras hati sejak patah hatinya yang terakhir?


**

Cinderella Tanpa Sepatu KacaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang