Perkenalan

232 15 0
                                    

Versi lengkap sudah TAMAT di KBM App ya, teman-teman. Silakan cari usernameku: fitachakra atau judulnya: Cinderella Tanpa Sepatu Kaca.

**

Bab 8

Perkenalan

"Mas Kal," panggil Kayla di ujung telepon saat Kalandra masih di meja kerjanya, memeriksa berkas-berkas penting yang diberikan oleh Mila untuk ditandatangani.

"Ada apa?"

"Mama minta aku telepon Mas Kal. Tadi Mama udah telepon berkali-kali katanya, Mas Kal nggak jawab."

"Lagi meeting. Barusan beres," jawab Kala ringan.

"Serius? Mas Kal nggak menghindar kan? Mama udah curiga tuh."

"Nggaklah. Memangnya menghindar dari apa?"

Helaan napas terdengar jelas menggambarkan kekesalan Kayla.

"Mas Kal ada janji lho, hari ini."

"Sama siapa?" Kening Kala berkerut. Kesibukan seharian membuatnya benar-benar lupa janjinya. Lagipula kalau ada yang penting, biasanya Adrian mengingatkan. Urusan keluarga sekalipun, Adrian yang akan mengingatkan.

"Mama. Mama minta Mas Kal jemput di tempat acara. Mama ada arisan. Sudah inget sekarang?"

Sebelah tangan Kala menepuk kening. Dia tak mungkin pergi sekarang, Adrian sedang menunggunya di suatu tempat untuk mempersiapkan meeting dengan seseorang. Kala akan menyusul setelah semua urusan di kantor beres.

"Kenapa bukan kamu aja yang jemput Kay? Please .... Mas masih sibuk," rayu Kalandra.

"Sorry. Kali ini Mama maunya dijemput Mas, bukan aku. Mas kan tahu Mama mau ngenalin sama anak temennya itu. Jangan bilang Mas lupa."

Bukannya lupa, Kala tidak pernah mengangap penting perkenalan itu. Tak heran jika dia tidak meminta Adrian mencatat janji pada mamanya hari ini.

"Ya sudah nanti Mas bilang sendiri sama Mama," putus Kala akhirnya. Dia sudah berencana akan mengirimkan supir untuk menjemput mamanya.

"Jangan gitulah, Mas. Nanti Mama kecewa."

"Tenang saja, aku yang urus," sahut Kala meninggalkan desah kecewa Kayla. "Bye."

Baru saja Kala meletakkan ponselnya, benda itu kembali berkedip-kedip memecah konsentrasinya. Diliriknya sekilas. Mama. Terpaksa dia menjawab panggilan itu sambil memikirkan alasan yang tepat.

"Kal, udah berangkat? Nanti keburu selesai lho, acaranya. Mama telepon kamu berkali-kali tadi."

"Maaf, Ma. Lagi meeting, nggak pegang ponsel."

"Mama mau kamu yang jemput, Kalandra. Jangan kirim siapapun. Mama tunggu," suara Amira tegas, tak bisa dibantah. Sebelum Kala mengatakan maksudnya, dia bahkan sudah tahu bahwa Kala akan mengirimkan seseorang untuk menggantikannya menjemput.

Kala urung mengutarakan alasan. Setiap kali mamanya menyebut nama panjangnya, dia tahu artinya dia sudah berada di ujung kesabaran. Kala tak akan tenang mendapati mamanya marah. Dia selalu ingat pesan ayahnya, untuk menghargai perempuan. Tidak boleh menyakiti hatinya. Apalagi jika itu mamanya sendiri. Memahami bahwa sulit merekatkan kembali hati yang telah retak, membuatnya memilih berkompromi.

"Mila," akhirnya Kala memanggil Mila. Yang dipanggil bergegas masuk ke ruangannya, berdiri tegak, siap menerima perintah.

"Aku harus buru-buru pergi. Biarkan berkas-berkas ini di mejaku, besok aku lanjutkan mengecek."

"Baik, Pak."

"Satu hal lagi, tolong beri tahu Adrian. Aku akan terlambat sampai di sana."

"Kalau dia tanya alasannya saya harus bilang apa, Pak?" tanya Mila.

Cinderella Tanpa Sepatu KacaWhere stories live. Discover now