Bab 10

13.3K 581 46
                                    

selamat memabaca

cerita ini bakal di revisi


.

.

.

Aliza menangis sambil memeluk bantal yang ada di kasurnya, ternyata pacaran tiga tahun hanya sia-sia. Aliza tidak pernah mengira bahwa hari kelulusan menjadi momen yang paling menyakitkan, bagaimana tidak. Aliza melihat dengan mata sendiri, bahwa Zayyan mengungapkan perasaanya di depan Hana. "Zayyan, kenapa sih kamu lebih memilih Hana dari pada saya? Kurang saya apa Zayyan?" lirih Aliza.

Begitilah takdir, semuanya sudah Allah tetapkan untuk kita. Mau bagaimanapun kita memperjuangkan, jika takdir itu bukan dia jodoh kamu. Cepat atau lambat dia bakal pergi, dengan berbagai alasan. Cukup cinta kepada manusia sewajarnya saja.

"Zayyan, kenapa kamu harus mencintai Hana? Apa kamu nggak pernah sadar bahwa Hana sahabat saya sejak lama," ucap Aliza sama dirinya sendiri.

Aliza terus menangis tiada henti, sampai akhirnya Aliza tidur di sajadah. Tidak lama setelah itu Fahri dan Abizar datang sambil menunggu depan rumah. "Kamu nggak papakan, Sepupuku?" tanya Fahri peduli sama Aliza.

"Kamu sudah makan? kebutulan kami berdua lagi diluar, untuk itu kami sekalian beikan kamu makan," ucap Abizar tersenyum simpul.

Aliza menggeleng. "Saya nggak mau makan, kalian makan saja dulu," balas Aliza malas, apalagi dia masih keingat sama Zayyan.

Abizar mengangguk. "Kamu masih nangisin Zayyan? Kamu masih mikirin Zayyan? Kamu nggak ingat setelah apa yang dia lakukan sama kamu?" tanya Abizar.

Aliza menggeleng. "Bukan itu saja yang saya pikirkan, tapi ada sesuatu yang belum kalian ketahyu," tutur Aliza.

Abizar dan Fahri semakin penasaran. "Apa? Apa yang membuat kamu sesedih ini?" tanya Fahri.

"Saya sudah menikah, sama laki-laki pilihan," ucap Aliza.

Deg! Fahri dan Abizar kaget, dengan penjelasan dari Aliza.

"Aliza kamu serius? Sejak kapan kamu menikah? Kenapa pernikahan kamu di rahasiakan? Apakah laki-laki itu baik? Apa dia selalu menjaga kamu?" tanya Fahri khawatir sama sepupunya ini.

"Saya menikah sudah hampir tiga bulan Fahri, dan Alhamdulillah saya bahagia bersama dengan dia," jawab Aliza.

"Alhamdulillah." Abizar dan Fahri merasa lega.

"Sekarang suami kamu di mana Aliza? Kenapa dia nggak ada di rumah?" tanya Abizar.

"Suami Aliza di pesantren, dia adalah seorang Gus di pondok pesantren Darussalam." Jawab Aliza panjang lebar.

"Namanya siapa?" tanya Fahri.

"Namanya Adnan Angkasa, namanya bagus, Kan?" tanya Aliza terkekeh kecil, Aliza sudah mulai tersenyum.

"Bagus, semoga saja kamu dengan suami kamu. Tetap bersama, walaupun nantinya masalah di rumah tangga silih berganti," ujar Abizar.

"Tapi saya takut," kata Aliza.

Abizar dan Fahri menoleh ke arah Aliza yang sudah berkaca-kaca. "Takut kenapa?" tanya Abizar.

"Saya takut di poligami." Lirih Aliza.

Aliza tidak menginginkan di rumah yang baru saja dia bangun, ada perempuan yang ingin merusaknya. Aliza takut Adnan menikah lagi, dengan anak Kyai yang bernama Liora.

"Saya janji sama kamu Aliza, saya akan menjaga kamu. Saya tidak akan membiarkan suami kamu menyakiti perasaan kamu,"

Aliza mengangguk senang. "Terimaksih sepupuku."



...




Adnan bertemu lagi dengan Aliana, Adnan datang tidak sendiri. Dia ditemani oleh Gus Azmi, teman Adnan sejak lama. "Ada apa lagi, Adnan?" tanya Liora.

Aliana tidak akan pernah menganggu hubungan cinta antara Adnan dan Aliza, mereka hanya masa lalu. Begitu juga Adnan.

"Saya ingin membicarakan sesuatu sama kamu," jelas Adnan.

"Soal apa?" tanya Aliana.

"Aliana, saya tau ini berat bagi saya ataupun kamu yang mendengarkanya. Saya tidak tau harus bersikap bagaimana lagi. Saya sangat mencintai Aliza, di sisi lain saya harus memenuhi janji sama Kyai Arfan untuk menikahi Liora, kondisinya semakin parah. Kondisi Kyai Arfan semakin memperhatinkan," jelas Adnan panjang lebar.

Plak!!

Satu temparan keras mendarat mulus diwajah Adnan, membuat Adnan meringis kesakitan.

"Brensek! Kamu sudah menikahi Aliza, Adnan! sudah berjanji untuk menjaganya. Sampai membaca ikrar sehidup semati! Sekarang apa hah? Sekarang kamu ingin menikah lagi? apa kamu yakin bisa berlaku adil?!" tanya Aliana marah, dengan tatapan tajam. Dan meninggikan suaranya itu.

"Maafin saya Aliana. Saya juga tidak bisa menolak permintaan Kyai Arfan, untuk menikahi Liora anaknya," ungkap Adnan.

"Kenapa kamu nggak jujur sebelum menikah sama Aliza Adnan?! Kalau seperti ini kamu yang pusing! Dan Aliza yang paling sakit,"kata Alina.

"Saya sudah mengatakan sejujurnya sama Aliza! Tapi dia tetap juga nggak paham apa yang saya sampaikan. Dia Cuma bisa mangis, seperti anak kecil." Balas Adnan.

Aliana memang masa lalu Adnan, tapi dia tidak ingin merebut Adnan dari genggaman Aliza, Alina tau betul bahwa perempuan hatinya setipis tisu. Jika di sakiti sampai kapan pun bakal dia ingat selalu.  




bersambung

jgn lupa vote dan komen ya.


Kekasih Impian.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang