Mereka sepasang sahabat yang unik. Saling dukung, saling pukul.

Yang mengenal mereka di sekolah, sudah biasa melihat interaksi dua makhluk aneh ini.

_________________________________________

_________________________________________

Oops! Ang larawang ito ay hindi sumusunod sa aming mga alituntunin sa nilalaman. Upang magpatuloy sa pag-publish, subukan itong alisin o mag-upload ng bago.

9.3














°

Sebelum menjadi sesuatu,
pastikan kamu tidak gagal
menjadi diri sendiri.




















                 HATI memiliki musim sendiri, yang pergantiannya tidak menentu disesuaikan kondisi. Karena itu, jangan senang berlebihan, sewaktu-waktu sedih atau kesal merapat. Kata orang-orang, sih, begitu.

Pulang shopping, sepertinya suasana hati Judith sedang bagus. Tentu saja. Berbelanja adalah cara terbaik untuk menyenangkan hati wanita. Dia bernyanyi kecil. Langkah terasa ringan, meski beban di tangan begitu banyak.

Ketika masuk ke rumah, aroma tidak sedap menyeruak ke hidung. Belanjaan diletakkan di atas meja. Dia melewati televisi yang menyala, pertanda seseorang sedang menonton hingga beberapa menit lalu.

Kemudian membawa kaki ke dapur. Bau tidak sedap itu sumbernya dari sana.

"Kita harus beresin ini, sebelum mama pulang."

Itu suara suaminya. Suara penuh kepanikan.

Noah juga sama paniknya. "Semoga mama pulangnya masih lama."

"Aku di sini."

Ayah dan anak kompak menoleh. Tatapan tajam yang mereka dapatkan, mengalirkan ketakutan.

Pelaku tertangkap di TKP.

Dapur adalah area kekuasaan mama. Jangan berani-berani berbuat kekacauan di sana. Namun, dua lelaki itu telah melanggar aturan dasar. Celaka!

Judith menengok ke dalam panci. Nasinya hangus. "Kalian ngapain aja, sampai bisa begini?!" Suaranya meninggi. Genderang perang baru saja ditabuh.

"Aku tadi lagi nonton tinju." Suaminya berkata jujur.

"Terus kamu?" Judith bertanya pada Noah.

"Aku lagi di kamar." Niatnya hanya rebahan sebentar saja, eh, malah kebablasan sampai terlelap.

"Siapa yang manasin nasi?!" tanya Judith lagi.

"Aku!" Ayah dan anak sama-sama menjawab.

Judith tidak mau repot-repot memastikan pelaku. Biar dua-duanya dihukum sekaligus. "Ikut aku!"

"Kita mau diapain, Pa?"

"Digoreng!" Judith menyela galak.

Telunjuk diletakkan ke bibir. Pria itu memberi kode pada Noah. Mereka sedang di ujung tanduk, sebaiknya diam.

1%Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon