10

2.6K 303 40
                                    

"Tetaplah berjalan meski jalannya rusak"











"Ci Shani," kata Zee.

"Ikuti saya," kata Putri Shani lembut.

Seakan terhipnotis Zee mengikuti tarikan tangan lembut dari Putri Shani. Melupakan keinginannya yang ingin rebahan dan istirahat santai.

Menelusuri lorong yang sepi. Zee terus mengikuti tarikan tangan Putri Shani yang entah akan membawanya kemana.

"Sumpah ini istana gedhe banget. Banyak lorong juga, kalau gue nyasar disini begimana anjay?" Pikir Zee.

"Ci, aku mau dibawa kemana ini?" tanya Zee.

"Kamu cukup ikuti saya. Sebentar lagi akan sampai."

Mereka terus berjalan sampai akhirnya berada di depan gerbang ruangan taman dalam istana. Zee menatap kagum.

"Anjayy di dalem istana pun ada taman? Keren banget tcuy. Kalau diluar ya okelah. Tapi ini di dalem, keren amat," kata Zee.

Dia berjalan meneliti setiap sudut taman ini. Taman yang ukurannya tak begitu besar, hanya selebar halaman rumah belakang sampai depan.

Di tengah taman terdapat air mancur dengan patung hewan kuda yang sebagai tempat keluarnya air.

Zee mulai mengeluarkan ponselnya, mefoto air mancur itu dan pemandangan sekitar.

Dari belakang Putri Shani mengamati setiap pergerakan dari Zee. Ia tersenyum kecil melihat kegirangannya Zee yang lucu seperti anak kecil.

"Permisi Tuan Putri, semua sudah saya siapkan," kata pelayan.

"Baik, kau bisa pergi. Terimakasih," jawab Putri Shani.

"Saya permisi." Pelayan itu membungkuk lalu beranjak meninggalkan taman.

Putri Shani berjalan menghampiri Zee yang masih asik dengan kamera ponselnya.

"Zee," panggil Putri Shani.

"Ya?"

"Ayo." Putri Shani berjalan menuju ayunan panggung yang terdapat di sana dengan meja kecil di dekatnya.

"Orang-orang sini suka banget merintah buat ngikutin mereka dah," gumam Zee.

Dia kemudian menyusul Putri Shani yang kini telah duduk di ayunan. Dia berdiam menatap Putri Shani bingung.

Apa yang harus dia lakukan sekarang?

Putri Shani menepuk tempat sebelahnya. Mengisyaratkan Zee untuk duduk di sebelahnya. Kening Zee berkerut bingung.

"Ha?" Bingung Zee.

Putri Shani hanya terkekeh kecil dan kembali menepuk tempat disebelahnya. Kemudian Zee baru paham apa yang dimakasud.

"Oh, disuruh duduk toh. Ngomong kek Ci. Diem-diem bae, aku mana ngerti," kata Zee. Dia kemudian duduk di sebelah Putri Shani.

"Sekarang apa lagi?" tanya Zee.

Tangan Putri Shani bergerak memeras kain yang terendam air di dalam baskom.

"Hadap sini," pinta Putri Shani.

Zee memposisikan duduknya menjadi sedikit miring menghadap Putri Shani. Tangan Putri Shani langsung mengarahkan kain yang sedikit basah itu ke sudut bibir Zee.

"Awwwh!" Pekik Zee.

"Dingin banget Ci. Itu air apaan. Perasaan aku liat ga ada es batu di dalemnya. Tapi kok bisa dingin banget anjay," kata Zee.

"Sudah diam. Jangan banyak protes."

Putri Shani kembali mengerahkan kain tadi. Menutul-nutulkan ke sudut bibir Zee. Tangan satunya bergerak memegang pipi Zee. Matanya fokus mengompres luka Zee. Jarak mereka cukup dekat. Bahkan hembusan napas diantara mereka sesekali dapat dirasa.

"Ci Shani, cantik banget sih. Dulu tante ngidam apaan dah bisa jadiin Ci Shani cakep kayak gini?" Kata Zee.

Putri Shani berusaha menahan senyum. Berusaha tetap bersikap kalem. Tapi matanya ini mulai memperhatikan bibir Zee yang nampak kenyal.

Jarak mereka semakin dekat. Hingga entah siapa yang memulai kini bibir mereka bertemu. Dan mulai melumat satu sama lain. Zee menggigit bibir Putri Shani hingga menimbulkan erangan kecil. Kain yang tadi dipegang sekarang telah terjatuh. Tangan Putri Shani beralih ke belakang kepala Zee. Mengelus tengkuknya yang membuat bulu kuduk merinding. Napas mereka terengah mulai kehabisan pasokan oksigen.

"Ci Shani~"

"Ci~"

Hingga suatu suara membuyarkan lamunan Putri Shani.

"Ci Shani kenapa? Kok tiba-tiba ngelamun?" tanya Zee.

Ah sial. Ternyata hanya lamunan Putri Shani saja. Putri Shani merasa berdosa telah membayangkan hal seperti itu. Pipinya memerah, dia menggigit bibir dalamnya.

"Ci Shani kok sekarang mukanya merah?"

"Tidak apa-apa. Ehem~ lebih baik sekarang kamu bersihkan diri. Dan bersiap untuk makan malam. Saya pergi dulu."

Putri Shani bangkit lalu meninggalkan Zee sendiri di taman. Dia berjalan sedikit tergesa. Dengan mimik muka yang seperti sedikit malu.

"Lah, gue ditinggal sendiri di sini?" tanya Zee.

"Tadi dia yang ajak, sekarang malahan ditinggal?"

"Tega banget sih Ci. Untung cantik," kata Zee.

Dia bangkit, ikut beranjak meninggalkan taman ingin kembali ke kamar.

"WAA! Astghfirullah Ya Allah, kaget banget gue."

Zee kaget saat ingin keluar dari taman. Karena dibalik tembok taman dekat gerbang terdapat Putri chika yang sedang bersedekap dada dengan wajah datarnya.

Zee mengelus dadanya. "Ya Allah, bisa ga sih orang-orang sini hobinya jangan suka ngagetin orang. Untung ga punya riwayat jantung gue," kata Zee.

"Kak- eh maksudnya, Putri Chika ngapain di sini?" tanya Zee.

Putri Chika diam menatap dalam Zee. "Inikan istana saya. Jadi suka-suka saya."

Zee menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Ya nggak salah sih."

"Putri Chika Senyum kek. Jangan datar-datar mulu. Biar tambah cantik ,senyum kek gini ni, hiii~" Zee mempraktekkan senyum pepsodent.

Putri Chika hanya diam dan tetap dengan wajah datarnya.
Zee menghela napas pelan. "Susah emang ngajak ngobrol sama manusia kulkas."

"Yaudah, Putri Chika, saya permisi dulu ya. Mau istirahat. Badan aku pegel-pegel, maklum remaja jompo. Aku pergi dulu ya babay."

"Ih gemes banget sama pipi ini." Zee dengan lancang menarik pelan pipi chubby Putri Chika. Lalu berjalan meninggalkan Putri Chika yang mematung.

Tangan Putri Chika memegang pipinya yang masuh terasa bekas tarikan dari Zee. Tanpa sepengetahuan orang lain. Senyuman Putri Chika kembali muncul setelah sekian lama.

~~~

Zee berjalan sendiri. Kepalanya celingak-celinguk mencari keberadaan orang lain

"Perasaan tadi udah ngelewatin lorong ini dah. Kok balik lagi. Ini ga ada orang apa ya? Tolong dong, nyasar nih gue," monolog Zee.

Zee kembali berjalan sambil berbicara sendiri. "Nanti kalau gue mau bikin rumah sendiri, ga bakal deh yang besar-besar. Takut nyasar. Ini jalan buat balik ke kamar yang mana dah elah. Gue capek muter-muter."

Netra Zee melihat kepala pelayan Geby yang sedang membawa keranjang.

"Akhirnya, kepala Gaby! Eh salah, maksudnya kepala pelayan Gaby! Tungguin aku." Zee berlari menghampiri kepala pelayan Gaby.

"Ada apa?" tanya Kepala Pelayan Gaby.

"Tolong anterin aku balik ke kamar dong. Aku tersesat disini, gatau jalan. Aku udah berkali-kali bolak-balik nemu lorong yang sama. Ini istana udah kayak labirin aja. Tolong anterin aku ya," pinta Zee.

"Yasudah. Ayo saya antar."

Akhirnya kepala pelayan Gaby mengantarkan Zee kembali ke kamar untuk beristirahat.




















Up lagi nihh, karna yg part sebelumnya rame. Suka gue nih klo rame gitu. Maap klo ada typo ye ges ye.

Udah gitu aja babay:)

Mine! [End]Where stories live. Discover now