2

3.1K 292 8
                                    

Cekidot ges, mari kita bacak


















Di malam hari Zee berdiri di balkon malam ditemani rembulan yang bersinar terang. Matanya masih tertuju dengan gelang merah yang dipakainya. Gelang ini terdapat liontin kecil yang bertuliskan huruf SZ di atasnya. Gelang ini dia dapat dari Nenek-nenek yang dia dan Christy bantu sore tadi.

Flashback on

"Zoy pulang yuk, udah jam setengah empat. Sekolah jam segini udah waktunya pulang," ajak Christy.

"Yaudah deh ayo. Kamu udah bilang mama kan gausah jemput?" tanya Zee.

"Udah kok, aman," jawab Christy.

"Yaudah ayo kita pulang," kata Zee menyetujui.

Mereka keluar dari pusat permainan di sebuah mall megah. Beranjak menuju pinggir jalan untuk menunggu taksi yang dipesan lewat online. Tapi pengelihatan mereka tertuju pada seorang nenek-nenek penjual mainan yang sepertinya sedang kelelahan. Nenek-nenek itu rambutnya putih kulitnya sangat keriput sepertinya usianya sudah sangat tua.

Karena kasihan Zee dan Christy memelikan minum dan sebungkus makanan untuk di berikan kepada nenek tersebut.

"Nek," panggil mereka serempak.

"Eh iya nak, mau beli mainan?"

"Emm nggak nek, ini kita kesini mau ngasih makanan buat nenek. Istirahat dulu nek, sepertinya nenek kecapekan," kata Zee.

"Ini nek di makan dulu." Christy menyerahkan plastik yang berisi makanan dan minuman.

"Terima kasih nak. Kalian ini perempuan yang baik. Semoga sehat selalu, rezekinya lancar," Doa nenek itu.

"Iya nek, makasih doa nya. Dimakan nek. Kita pergi dulu," pamit Zee.

"Eh nak-nak tunggu. Nenek punya sesuatu buat kalian." Nenek itu mengeluarkan dua gelang merah dari saku bajunya dan menyerahkan pada Zee.

"Eh-eh apa ini nek? Udah gausah nek, kami ikhlas kok," tolak Zee halus.

"Iya nek kami ikhlas," timpal Christy.

"Udah gapapa, ini tanda terimakasih nenek. Kalian simpen ya." Nenek itu memaksa memberikan gelang kepada mereka. Akhirnya merekapun menerimanya.

"Ini buat nak yang lucu." Nenek itu menyerahkannya pada Christy.

"Dan ini buat Nak yang keren." Menyerahkan gelang pada Zee.

"Makasih nek," kata mereka.

"Eh zoy zoy! Itu taksi kita Zoy!" kata Christy sambil menunjuk seberang jalan.

"Nek, kita pamit dulu ya nek. Makasih buat gelangnya."

"Iya nak hati-hati."

Christy dan Zee berlari ke seberang menghampiri taksi yang mereka pesan. Mereka kini sudah di dalam taksi dan taksi mulai berjalan. Zee melihat ke luar jendela ingin melihat nenek yang tadi di temui. Tadi anehnya nenek itu hilang. Apakah nenek itu sudah pergi? Tapi masa secepat itu? Bahkan mereka baru meninggalkan beberapa menit yang lalu. Sungguh aneh.

Flashback off

Zee masih memperhatikan gelang yang ia pakai. Kenapa gelang ini berbeda dari milik Christy. Bentuknya sama hanya tulisan di atas liontin yg sbagai pembeda. Punya Christy hanya liontin berwarna emas polos tak ada huruf di atasnya.

"Zoy," panggil Christy membuyarkan lamunan Zee.

"Iya kenapa?"

"Dipanggil mami. Dia suruh nyobain kue buatannya," kata Christy.

"Udah jadi?"

"Udah, makanya kita disuruh icip-icip."

"Ayolah gass kalau gitu."

Mereka keluar dari kamar Zee. Turun menemui Maminya yang berada di dapur.

"Wedeehhh harum banget nih di cium-cium," kata Zee.

"Cobain deh Kak. Enak ga kue buatan Mami?"

"Adek cobain juga buru."

"Iya sabar Mami, ini baru mau makan," kata Christy.

Mereka terdiam menghayati rasa kue yang mereka makan. Saling memandang satu sama lain seakan sama apa yang ada di dalam pikiran mereka. Mami memperhatikan mereka berdua was-was. Takut-takut kue yang dibuatnya ini tak cocok di lidah anaknya. Tapi menurut dia sendiri yang buat sih udah enak.

"ENAK BANGETT!" kata mereka serempak memuji kue buatan Maminya.

"Ini enak banget mah," kata Zee.

"Iya betul, Christy mau lagi dong." Dia memotong kue secara mandiri dan kembali memakannya.

"Syukur deh kalau kalian suka," kata Mami lega.

"Wehh pada kumpul nih," kata Papi yang ikut bergabung.

"Eh Papi udah pulang," kata Mami.

"Ini Pi, Mami buat kue enak banget. Papi wajib coba sebelum di habisin sama Christy," kata Zee.

"Apa sih Zoy, kok aku?" kata Christy dengan mulut penuh.

"Ya kamu udah habis berapa potong tuh, aku aja satu belum abis."

Christy berdesis. Tapi ia tetap menghiraukan dan fokus memakan kue buatan maminya ini.

°°°

Kini dua orang berada di dalam kamar nuansa kalem. Warna emas mendominasi hampir di setiap penjuru kerajaan. Seseorang mengusap air matanya dengan kain. Dan satu orang lagi yaitu Chika mengusap bahu kakaknya, Shani agar berhenti menangis.

"Udah Kak, jangan sedih," kata Chika.

"Kakak belum siap nikah, apalagi sama orang yang belum tau dia baik atau nggak buat jadi pasangan Kakak, tapi kenapa Ayah selalu maksa," kaya Shani dengan terisak kecil.

"Ya gimana ya kak. Keputusan Ayah sulit untuk dicegah. Kita gabisa ngebantah gitu aja," kata Chika.

Shani masih menangis meratapi nasib apa yang akan dia hadapi nanti.

"Kakak sekarang mending istirahat. Jaga kesehatan kakak. Mungkin beberapa hari lagi sayembara akan terlaksana. Tapi kakak tenang aja, aku bakal bantu buat batalin keputusan Ayah," kata Chika menenangkan. Shani hanya mengangguk pasrah. Dia mulai merebahkan tubuhnya dan menutupi dengan selimut. Chika beranjak keluar membiarkan sang kakak beristirahat malam ini.
























Hiyaa, udah yaaaaa:)
Ramein! Klo ga rame up nya seminggu skali, bodoamat😌

Mine! [End]Место, где живут истории. Откройте их для себя