18. Salah Paham (2)

201 10 0
                                    

H-7

Satu hari terlewati dengan tenang, tak lain karena kemarin sekolah diliburkan, lumayan untuk bersantai sejenak melupakan perasaan yang membuatnya campur aduk tidak karuan.

Sekarang ia berada di ruang kelasnya dan duduk bersandingan dengan gadis berkacamata yang menurutnya lumayan menjengkelkan itu.

Bel istirahat sudah berbunyi kurang lebih 5 menit yang lalu, jadi suasana kelasnya sepi tinggal ia dan teman sebangkunya. Ia membuat karya abstrak dibuku tulis(read: corat-coret nggak jelas) berharap dapat menenangkan pikirannya.

Ia masih mengingat jelas dimana dua insan yang terlihat sedang berpelukan ditaman, yang membuat hatinya terasa perih dan panas. Ia tidak berhak untuk marah, lagipula tidak ada hubungan istimewa antara ia dan si cowok. Melainkan hanya sebatas SAHABAT!

"Naila! Lo daritadi gue panggil pura-pura nggak denger ato kenapa, sih?" Kesal Keisya dengan nada suara cemprengnya.

Sebaik mungkin Naila menata moodnya untuk menghadapi anak satu ini yang mayan baperan. "Sorry, kenapa?"

"Gue ada kabar baik sama kabar buruk, nih! Pilih yang mana?"

Naila sedikit menimbang-nimbang, walaupun akhirnya pasti ia memilih kabar baik, dan satu lagi, pasti ini mengenai keluarganya.

"Baik" Gumamnya hampir tak terdengar.

"Kata dokter kondisi kakak gue ada peningkatan! Nggak sabar deh nunggu dia sadar lagi! Tuhan baik banget sama keluarga gueee!"

Naila mengangkat salah satu alisnya, ragu dengan jawaban Keisya. "Owh, gue kira kabar baiknya lo jadian sama Gafi?" Gerutunya pelan.

Setelah kata-kata itu terlontar dari bibirnya, suasana menjadi hening, namun tak lama kemudian terdengar gelak tawa puas dari Keisya, bahkan ia hampir terjungkal karena tertawa.

"Lo baru tau? Gue udah lama pacaran sama dia, sebelum masuk SMA malahan"

Deg!

"Lho? Seriously? Udah lama berarti? Hahaha lucu banget, Gafi nggak bilang apa-apa sama gue? Btw selamat, pasti kemarin itu anniversary kalian, iyakan?"

Naila tertawa hambar, kemudian ia pamit kekantin untuk sekedar membeli sandwich sayur. Tapi sepertinya bukan itu tujuan utamanya.

...

"Weee! L-la! Lo ngapain!?" Raffi mencoba menenangkan Naila yang terlihat seperti monster yang siap menghabisi Gafi. Sedangkan Gafi yang sudah dipojokkan Naila terlihat santai dan tidak berkutik sekalipun.

"Apa maksud lo pacaran sama Keisya!" Ucapnya sambil menarik kerah baju Gafi. Kalau saja Gafi tidak cekatan pasti ia sudah menubruk tubuh Naila yang tentu lebih kecil darinya.

Setelah mendengar ucapan Naila. Ia dan Raffi sama-sama terdiam, bingung dengan maksud perkataan Naila.

"Lepasin dulu deh, Nai" Keluh Gafi saat merasakan encok dipunggungnya karena membungkuk.

Naila melepaskan cengkramannya, kemudian melangkah kasar menjauhi mereka berdua dan duduk dengan menyilangkan kedua tangan dan kakinya, kesal.

"Kenape tu anak, Gaf?" Gafi hanya menggidikan kedua bahunya, kemudian berlalu menghampiri Naila.

"Ada masalah apa?" Tanyanya to the point.

"Lo pacaran sama Keisya udah lama, kok nggak kasih tau gue!?"

"H-hah? Gue pacaran sama Keisya?" Ia tertawa puas dihadapan Naila, membuatnya semakin kesal dan tidak sabar ingin menonjok wajah temannya itu.

"Tadi Keisya yang bilang sendiri sama gue!" Bela Naila untuk dirinya sendiri.

Fight(alone)Where stories live. Discover now